Harimau Sumatera
I. MELESTARIKAN SUMBER DAYA ALAM HARIMAU SUMATERA
|
Harimau Sumatera |
Indonesia sebagai negara yang terletak di daerah beriklim tropis dan dilewati oleh garis khatulistiwa, menyebabkan Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Dengan kekayaan tersebut kita hampir tidak memikirkan ancaman yang menimpa flora dan fauna tersebut. Sehingga indonesia juga termasuk salah satu negara dengan ancaman kepunahan satwa terbesar di dunia salah satunya harimau sumatera. Faktor ancaman tersebut sebagian besar terjadi karena ulah manusia. Manusia yang seharusnya memiliki kewajiban untuk menjaga dan melestarikan satwa-satwa tetapi justru malah merusak dan memburu satwa tersebut hanya untuk kepentingan pribadi tanpa memikirkan akibatnya.
Berdasarkan data diperkirakan jumlah populasi harimau sumatera cenderung mengalami penurunan dari waktu ke waktu. Sehingga apabila hal ini tidak segera dilakukan kegiatan pengelolaan yang tepat satu-satunya subspesies harimau yang tersisa di Indonesia ini diyakini akan punah dalam waktu yang cepat.
Harimau Sumatera merupakan satu dari enam subspesies harimau yang masih bertahan hidup hingga saat ini dan termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah dalam daftar merah “spesies terancam” yang dirilis Lembaga Konservasi Dunia “IUCN”. Populasi liar diperkirakan antara 400-500 ekor, terutama hidup di taman-taman nasional di Sumatera. Uji genetik mutakhir telah mengungkapkan tanda-tanda genetik yang unik, yang menandakan bahwa sub spesies ini mungkin berkembang menjadi spesies terpisah, bila berhasil lestari.
I.1. Ciri-Ciri Harimau Sumatera
Harimau Sumatera adalah subspesies harimau yang habitat aslinya di pulau sumatera. Harimau Sumatera adalah subspesies harimau terkecil yang mempunyai warna paling gelap di antara semua subspesies harimau lainnya, pola hitamnya berukuran lebar dan jaraknya rapat kadang kala dempet. Harimau Sumatera jantan memiliki panjang rata-rata 92 inci dari kepala ke ekor atau sekitar 250 cm panjang dari kepala hingga kaki dengan berat 300 pound atau sekitar 140 kg, sedangkan tinggi dari jantan dewasa dapat mencapi 60 cm.
Betinanya rata-rata memiliki panjang 78 inci atau sekitar 198 cm dan berat 200 pound atau sekitar 91 kg. Belang harimau sumatera lebih tipis daripada subspesies harimau lain. Warna kulit harimau sumatera merupakan yang paling gelap dari seluruh harimau, mulai dari kuning kemerah-merahan hingga jingga tua. Subspesies harimau sumatera juga punya lebih banyak janggut serta surai dibandingkan subspesies lain, terutama harimau sumatera jantan. Ukurannya yang kecil memudahkannya menjelajahi hutan rimba. Terdapat selaput di sela-sela jarinya yang menjadikan mereka mampu berenang cepat. Harimau sumatera menyudutkan mangsanya ke air, terutama bila binatang buruan tersebut lambat berenang. Bulunya berubah warna menjadi hijau gelap ketika melahirkan.
I.2. Tempat Tinggal (Habitat) Harimau Sumatera
Harimau Sumatera hanya ditemukan di pulau Sumatera. Harimau jenis ini mampu hidup di manapun, dari hutan dataran rendah sampai hutan pegunungan, dan tinggal di banyak tempat yang tak terlindungi. Hanya sekitar 400-500 ekor tinggal di cagar alam dan taman nasional dan sisanya tersebar di daerah-daerah lain yang ditebang untuk pertanian, juga terdapat lebih kurang 250 ekor lagi yang dipelihara di kebun binatang di seluruh dunia.
Harimau Sumatera mengalami ancaman kehilangan habitat karena daerah sebarannya seperti blok-blok hutan dataran rendah, lahan gambut dan hutan hujan pegunungan terancam pembukaan hutan untuk lahan pertanian dan perkebunan komersial, juga perambahan oleh aktivitas pembalakan dan pembangunan jalan. Karena habitat yang semakin sempit dan berkurang, maka harimau sumatera terpaksa memasuki wilayah yang lebih dekat dengan manusia, dan seringkali mereka dibunuh dan ditangkap karena tersesat memasuki daerah pedesaan.
I.3. Penyebab Harimau Sumatera Menjadi Langka
Tentu akan sangat disayangkan jika Harimau Sumatera yang banyak muncul di cerita anak-anak menjadi dongeng belaka bagi generasi di masa depan. Satwa kharismatik ini kini sedang berada dalam ambang kepunahan. Mereka kehilangan habitatnya dan terancam oleh perburuan liar. Berbagai fakta kasus menunjukkan bahwa kepunahan atau kelangkaan harimau sumatera terjadi karena ulah manusia. Perkembangan ekonomi dan teknologi perburuan nampaknya berkorelasi positif terhadap kelangkaan harimau sumatera. Kepunahan mengancam spesies ini karena mereka menghadapi dua jenis ancaman untuk bertahan hidup, yaitu:
> Mereka kehilangan habitat karena tingginya laju deforestasi dan konversi (alih fungsi hutan).
Pengambilan alih fungsi hutan di Pulau Sumatera yang sangat besar akan menyebabkan hilangnya hutan atau terpotong-potongnya hutan menjadi bagian-bagian kecil dan terpisah. Alih fungsi hutan banyak digunakan untuk perkebunan, hutan tanaman industri, pemukiman, pembangunan jalan dan lain-lain.
> Mereka terancam oleh perdagangan ilegal.
Perdagangan ilegal membuat bagian-bagian tubuh harimau di perjual-belikan dengan harga tinggi dan mahal di pasar, seperti kulit, kumis, cakar, bola mata, bulu, otak, lemak, kuku, ekor, dan organ lainnya. Perdagangan bagian tubuh harimau sumatera di Indonesia saat ini semakin memprihatinkan.
I.4. Cara Melestarikan Harimau Sumatera
Untuk memulihkan dan meningkatkan populasi harimau sumatera beserta habitat alaminya beberapa kegiatan dilakukan antara lain adalah:
> Membangun jaringan komunikasi dan kemitraan untuk meningkatkan kerjasama konservasi di semua tingkatan baik lokal, nasional, maupun internasional.
> Mengembangkan pengawasan terpadu dan intensif antara pemerintah, lembaga swasta, dan masyarakat terhadap kegiatan konservasi.
> Mengadakan pendidikan dan pemberitahuan kepada masyarakat secara terpadu dan berkesinambungan tentang pentingnya konservasi harimau sumatera.
> Membangun mekanisme pendanaan yang berkelanjutan dalam mendukung kegiatan konservasi harimau sumatera.
> Meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia dengan melaksanakan berbagai program peningkatan kapasitas tim konservasi harimau sumatera
.
> Memperkuat infrastruktur instansi yang melakukan pelaksanaan dan pemantauan konservasi harimau.
> Penyusunan rencana pengelolaan konservasi pada setiap bentang alam harimau sumatera sesuai dengan karakteristik dan potensi di lapangan.
> Mengembangkan pusat informasi terpadu tentang konservasi harimau sumatera yang dapat di akses secara luas oleh masyarakat.
> Membangun dan meningkatkan koneksitas antara habitat-habitat utama harimau sumatera melalui pengembangan koridor dalam rangka memperluas daerah bagi harimau sumatera untuk menjelajah.
> Membina kekayaan genetik unit-unit populasi harimau sumatera.
> Mengembangkan upaya pengelolaan mitigasi konflik untuk menyelamatkan harimau yang bermasalah dengan relokasi, translokasi, dan penetapan kawasan liar alami.
> Meningkatkan program pemantauan terhadap populasi, ekologi, dan habitat harimau sumatera dengan memperkuat dasar hukum dan kapasitas aparatur yang berwenang.
II. MELESTARIKAN SUMBER DAYA ALAM BURUNG JALAK BALI
Burung jalak putih yang merupakan ikon dari Provinsi Bali, sekarang ini sangat sulit ditemukan di alam liar, bahkan burung ini terbilang burung yang amat langka di Dunia.
Populasinya di alam menyusut akibat adanya perubahan habitat alaminya di sepanjang barat laut pantai Bali. Kondisi ini diperparah dengan maraknya perburuan liar yang tentunya ilegal, guna memenuhi permaintaan pasar dunia untuk dijadikan burung peliharaan. Berdasarkan data Bird Life International, jumlahnya di alam tak lebih dari 50 individu.
Kondisi yang memprihatinkan ini membuat IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) menetapkan statusnya kritis dan terlarang untuk diperdagangkan.
Kepala Unit Komunikasi dan Pengembangan Pengetahuan Burung Indonesia menambahkan, potensi jalak bali untuk dikembalikan ke alam masih memungkinkan. Namun, diperlukan pula restorasi habitat dan pengawasan pasca pelepasliaran ke alam.
II.1. Ciri-Ciri Burung Jalak Bali
Burung Jalak Bali memiliki ciri-ciri khusus, diantaranya memiliki bulu yang putih di seluruh tubuhnya kecuali pada ujung ekor dan sayapnya yang berwarna hitam.
Bagian pipi yang tidak ditumbuhi bulu berwarna biru cerah dan kaki yang berwarna keabu-abuan.
Burung Jalak Bali memiliki mata yang berwarna coklat tua, lalu di daerah sekitar kelopak matanya terdapat bagian yang tidak berbulu dengan warna biru tua yang sangat khas.
Burung ini memiliki beberapa helai bulu jambul yang indah, baik pada jenis kelamin jantan maupun betina. Jambul ini akan berdiri tegak dan terlihat jelas apabila burung tersebut sedang berkicau. Namun, jambul ini pun sesekali diperlihatkannya walau tidak sedang berkicau.
Burung Jalak Bali memiliki sepasang kaki yang kekar untuk berdiri tegap dan kuat mencengkeram. Kakinya berwarna abu-abu kebiruan dengan 4 jari jemari.
Burung Jalak Bali memiliki paruh berbentuk runcing dengan panjang kira-kira 2 sampai 5 cm, dengan bentuk yang khas. Pada bagian atas paruh terdapat bagian yang meninggi dan memipih secara tegak. Paruhnya berwarna abu-abu kehitaman dengan ujung berwarna kecokelatan.
Burung jalak bali memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil, panjangnya tidak lebih dari 25 cm. Burung jantan dan betina memiliki ukuran badan yang berbeda, meski agak sulit untuk membedakannya. Namun, secara umum burung Jalak Bali jantan memiliki bentuk tubuh yang lebih besar dan memiliki kucir yang lebih panjang dibandingkan burung betina.
Burung Jalak Bali memiliki telur yang berbentuk oval berwarna hijau kebiruan dengan ukuran rata-rata berdiameter antara 2-3 cm.
II.2. Tempat Tinggal (Habitat) Burung Jalak Bali
Burung Jalak Bali ditemukan di hutan bagian barat Pulau Bali yang memiliki wilayah sebaran relatif cukup luas antara lain masih dijumpai di wilayah semenanjung Prapat Agung tepatnya di wilayah Teluk Kelor yang meliputi daerah Asam Kembar, Kali Ombo. Bukit Kelor, Bukit Utama, Kesambi pos, Gondang Barat, dan Lembah Kesambi. Sedangkan wilayah Teluk Berumbung meliputi daerah Trianggulasi, Kesambi Tali, Gondang Timur, laban Lestari, Menara Shaolin, Kemloko bawah/Belakang atas pos, Bukit ponton Timur Kubah dan Kelompang.
Pada habitat aslinya burung jalak bali hidup secara liar, Namun sayangnya Burung Jalak Bali ini nyaris punah. Jalak Island (Leocopsar rothchildi) merupakan satwa yang secara hidupan slicker (di environtment aslinya) populasinya amat langka dan terancam kepunahan. Diperkirakan jumlah spesies ini yang masih mampu bertahan di alam bebas hanya sekitar belasan ekor saja.
Karena itu, burung Jalak Bali memperoleh perhatian cukup serius dari pemerintah Republik State, yaitu dengan ditetapkannya makhluk tersebut sebagai satwa prevaricator yang dilindungi oleh undang-undang.
II.3. Penyebab Burung Jalak Bali Menjadi Langka
Langkanya suatu populasi pada satwa liar bisa terjadi karena sebab-sebab yang tidak alami. Antara lain karena perilaku ataupun ulah manusia yang begitu berlebihan dan tidak ramah lingkungan.
Kepunahan Burung Jalak Bali disebabkan oleh deforestasi (penggundulan hutan atau penyempitan hutan), mengubah suatu habitat dari hunian satwa liar menjadi fungsi yang lain untuk manusia dan perdagangan trickster atau perburuan liar. Selain itu, karena penampilannya yang indah, Jalak Bali pun sering diburu untuk dijual. Harga seekor Jalak Bali sangat mahal sehingga burung ini banyak dicari pemburu burung.
Kelangkaan dari burung Jalak Bali yang lainnya adalah karena faktor alamiah. Seperti halnya kualitas habitat, predator, penyakit, dan satwa pesaing. Seperti, pada saat musim kemarau, keadaan lingkungan Bali Barat sudah tidak nyaman untuk burung Jalak Bali. Hal ini diakibatkan oleh sumber air menjadi terbatas dan bahkan sampai kekeringan dan juga semak ataupun padang rumput lokasi Jarak Bali mencari serangga terjadi kebakaran dan faktor lain adalah karena faktor manusia yang ikut mengganggu kenyamanan dari burung jalak bali ini.
Bahkan pada tahun 1999 sebanyak 39 ekor Jalak Bali yang berada di pusat penangkaran di Taman Nasional Bali Barat, di rampok. Padahal, penangkaran ini bertujuan untuk melepasliarkan satwa yang terancam kepunahan ini ke alam bebas.
II.4. Cara Melestarikan Burung Jalak Bali
Untuk menghindari kepunahan, telah didirikan pusat penangkaran yang salah satunya berada di Buleleng, Bali sejak 1995. Selain itu sebagian besar kebun binatang di seluruh dunia juga menjalankan program penangkaran Jalak Bali.
Masyarakat di Pulau Nusa Penida membuat program pelestarian Jalak Bali. Vegetasi alam hutan Nusa Penida relatif sesuai sebagai habitat dari Jalak Bali dan masyarakat setempat telah memiliki kesadaran untuk menjaga kelestarian burung ini, sehingga mereka memberlakukan aturan yang melarang penangkapan Jalak Bali.
Selain masyarakat Nusa Penida, inovasi yang dilakukan oleh FNPF adalah melibatkan wisatawan sebagai tenaga relawan dalam aktivitas keseharian di penangkaran Jalak Bali.
Posting Komentar untuk "Harimau Sumatera"