Manajemen Logistik dan Kefarmasian
Manajemen Logistik dan Kefarmasian
MANAJEMEN
LOGISTIK DAN KEFARMASIAN
1. Apa
pendapat saudara tentang pelayanan Farmasi 1 pintu ? jelaskan dan berikan
contohnya
:
Menurut pendapat saya tugas utama
dari IFRS adalah dimulai dari perencanaan,pengadaan , penyimpanan, penyiapan,
peracikan,pelayanan langsung kepada penderita sampai dengan pengendalian semua
perbekalan kesehatan yang beredar dan digunakan dalam rumah sakit baik untuk
penderita rawat inap, rawat jalan, maupun untuk semua unit poliklinik di Rumah
sakit.
Akreditasi pelayanan farmasi di RS. Mengacu
kepada standar pelayanan farmasi di Rumah sakit. ( Kep. Menkes RI
No.1197/MENKES/SK/X/2004), dengan adanya keputusan menteri kesehatan ini sistem
pelayanan farmasi satu pintu ( SK Dirjen Yanmed No. 0428/YAPI/LED/RSKS/1989/)
diharapkan dapat berjalan dengan baik, sehingga dapat meningkatkan mutu farmasi
dengan baik. Karena farmasi RS bertanggung jawab atas semua barang farmasi yang
beredar di RS, baik rawat jalan maupun rawat inap. Selanjutnya farmasi RS juga
ikut bertanggung jawab atas pengadaan dan penyajian informasi obat siap pakai
bagi semua pihak di RS, baik itu terhadap pasien maupun petugas itu sendiri.
Selain itu juga dengan adanya pelayanan farmasi satu pintu dapat mempermudah
dan memperketat obat-obat yang akan di distribusikan kepada pasien, dapat
mengetahui kebutuhan obat secara menyeluruh, sehingga mempermudah kita/ RS
untuk perencanaan obat.
Istilah “ satu pintu ” berarti
adalah satu kebijakan, satu SOP, satu pengawasanoperasional, satu sistem
informasi. Dimana satu kebijakan tersebut meliputi : Formularium RS, tata
laksana obat ( TLO ), harga jual obat seragam, serta menentukan distrusi yang
tepat. Sedangkan yang dimaksud satu SOP adalah :prosedur atau instruksi kerja
yaitu tentang prosedur pelayanan, pelaopran, monitoring/evaluasi. Pengawasan
operasional meliputi : laporan rutin dari pihak ketiga,monitoring pengelolaan
obat, evaluasi pengelolaan obat, pertemuan rutin dengan pihak ketiga,serta adanya
tindak lanjut. Sedangkan yang dimaksud satu sistem informasi adalah : informasi
tentang obat, konselling obat,pengkajian penggunaan obat,logistic ( pengadaan ,
persediaan, penyimpanan,penghapusan, pengawasan ). Dengan adanya pelayanan
farmasi satu pintu ini juga diharapkan dapat menghindari resep yang keluar,
serta meningkatkan pendapatan RS itu sendiri.
Contohnya adalah kajadian beberapa
waktu lalu yang sempat menghebohkan kita adalah tentang kasus vaksin palsu yang
beredar di beberapa RS. Kemungkinan ini adalah kebijakan dari RS yang
sebelumnya tidak mengadakan pelayanan farmasi satu pintu. Sehingga dari cara
perencanaan hingga pembelian obat dan pendistribusiannya mungkin tidak melalui
farmasi serta SOP yang berlaku.
2. Jelaskan bagaimana pengelolaan barang Farmasi sbb
mulai dari perencanaan, sampai
diberikan pada pasien rawat inap :
1.
Perencanaan perbekalan farmasi adalah
suatu fungsi yang menentukan dalam proses pengadaan perbekalan farmasi di Rs.
Di dalam proses perencanaan ini terdiri dari 1. Pemilihan, dimana fungsi
pemilihan adalah untuk menentukan apakah perbekalan farmasi benar-benar
diperlukan sesuai dengan jumlah pasien/ kunjungan dan pola penyakit di rumah
sakit.
2.
Kompilasi penggunaan berfungsi untuk
mengetahui,penggunaan bulanan masing-masing jenis perbekalan farmasi di unit
pelayanan selama setahun serta sebagai data pembanding bagi stok optimum.
3.
Perhitungan kebutuhan, dimana perbekelan
farmasi yang direncanakan dapat tepat jenis, tepat waktu ,tepat jumlah ,dan
tersedia pada saat dibutuhkan. Dapat dilakukan dengan beberapa metode : metode
konsumsi, metode morbiditas/epidemologi.
4.
Evaluasi Perencanaan, setelah dilakukan
perhitungan kebutuhan perbekalan farmasi untuk tahun yang akan datang, biasanya
akan di peroleh jumlah kebutuhan, dan idealnya diikuti dengan evaluasi.
Cara/tehnik evalusi tersebut adalah sbb :
-
Analisis nilai ABC, untuk evaluasi aspek
ekonomi
-
Pertimbangan/kriteria VEN, untuk
evaluasi aspek medik/terapi
-
Kombinasi ABC dan VEN
-
Revisi daftar perbekalan farmasi
5. Pengadaan , merupakan kegiatan untuk
merealisasikan kebutuhan yang telah
direncanakan
dan disetujui melalui :
1.
pembelian
2.
produksi/pembuatan sediaan farmasi.
3.
sumbangan, droping atau hibah
1.
Pembelian , adalah rangkaian proses pengadaan untuk mendapatkan perbekalan
farmasi. Ada 4 metode proses pembelian yaitu : 1. Tender terbuka, 2. Tender
terbatas, 3.pembelian dengan tawar menawar, 4.pembelian langsung.
2.
Produksi, suatu kegiatan membuat, merubah bentuk dan pengemasan kembali sediaan
farmasi steril atau non steril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di
rumah sakit.
3.
Sumbangan/hibah/droping,pada prinsipnya pengelolaan perbekalan farmasi dari
hibah/sumbangan mengikuti kaidah umum pengelolaan perbekalan farmasi regular.
6.
Penerimaan , kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah diadakan
sesuai
dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung, tender, konsinyasi
atau
sumbangan. Tujuan dari penerimaan adalah untuk menjamin perbekalan farmasi
yang
diterima sesuai kontrak,baik spesifikasi mutu,jumlah maupun waktu.
7.
Penyimpanan. Adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara
menempatkan
perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari
pencurian
serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat.
8.
Pendistribusian. Adalah kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di
RS.untuk
pelayanan
individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap maupun rawat jalan,
serta
untuk menunjang pelayanan medis. Jenis sistem distribusi :
1. Resep
perorangan
2. Sistem
pendistribusian lengkap di ruangan
3. Sistem
distribusi dosis unit ( unit dose dispensing = UUD )
a. cairan infus, seperti yang telah
dijelaskan diatas tadi bahwa pengelolaan barang farmasi dari mulai perencanan
sampai dengan pemberian pada pasien rawat inap adalah sama seperti proses yang
telah dijelaskan diatas tadi. Hanya saja pemberian atau pedistribusian pada
pasien rawat inap dapat berupa :
- total floor stock
- individual prescription
- unit dose
- kombinasi
Kesemua cara pendistribusian pada
pasien rawat inap dapat dilakukan secara sentralisasi maupun desentralisasi.
b. injeksi adrenalin.
Pada proses perencanaan, bagian
perencanaan RS membuat perencanaan injeksi adrenalin berdasarkan pada data
penggunaan injeksi adrenalin sebelumnya, dengan menggunakan metode kombinasi
ABC dengan MAX, MIN Stock level. Pedoman pembuatan perencanaan adalah
Formularium RS,anggaran yang tersedia,data penggunaan periode lalu,rencana
pengembangan,persediaan barang digudang. Kemudian pengadaan injeksi adrenalin
untuk RS dengan cara : pembelian, produksi/sediaan farmasi atau adanya
hibah/dropping. Jika produksi maka prosesnya menggunakan tehnik aseptic dan
memenuhi syarat sebagai berikut :
-
Sesuai persyaratan teurapetik dan
farmasetik.
-
Bebas dari kontaminan mikroba dan
pirogen.
-
Bebas dari partikulat pada tingkat yang
dapat diterima dan kontaminan toksis lainnya.
Setelah proses pengadaan maka
lanjut kepada proses penerimaan injeksi adrenalin dimana juga harus
memperhatikan :
-
Harus mempunyai Material Safety Data
Sheet ( MSDS ) untuk bahan berbahaya.
-
Untuk alat kesehatan harus memiliki
certificate of origin
-
Serifikat analisa produk.
Setelah barang/ injeksi adrenalin
diterima maka akan disimpan digudang farmasi. Dan selanjutnya masuk pada proses
pendistribusian. Pada proses distribusi ini dapat dilakukan dengan :
1. Resep perorangan.
2. Sistem pendistribusian lengkap
diruangan.
3. Sistem distribusi dosis unit
Untuk pemberian injeksi adrenalin
menurut saya cara pendistribusian yang paling efektif adalah dengan cara sistem
distribusi dosis unit. Karena salah satu tujuannya adalah memperluas cakupan
dan pengendalian IFRS dirumah sakit dari mulai dokter menuliskan resep sampai
pasien menerima dosis unit.
C. Vaksin. Sama seperti pada
injeksi adrenalin prosesnya, hanya saja yang lebih perlu untuk diperhatikan
pada ruang penyimpanan harus mempunyai kondisi penyimpanan khusus dimana vaksi
memerlukan kondisi “ Cold Chain ” khusus dan harus dilindungi dan kemungkinan
terputusnya arus listrik.
D. Gas medis tabung. Pada proses perencanan
sampai kepada pasien rawat inap prosesnya tetap sama seperti diatas. Hanya saja
pada gas medis tabung juga lebih memperhatikan tempat penyimpanan dan
pemakainnya karena bahan – bahan nya mudah terbakar dan harus disimpan
dibangunan khusus.sebaiknya terpisah dari bangunan induk.
E. Obat Lasa, LASA ( Look Alike
Sound Alike drug) adalah obat-obat yang mirip. Versi indonesianya adalah NORUM,
nama obat rupa dan ucapan mirip. Misalnya epinefrin dan efedrin, pada proses
perencanan sampai proses diberikan kepada pasien rawat inap alurnya tetap sama
seperti diatas hanya saja pada proses perencanan sampai dengan penerimaan
kepada pasien RS haruslah menggunakan metode tall man. Yaitu standar penulisan
misalnya hurufnya ditebalkan, dan diberi warna yang berbeda.
F. Obat high alert, obat high alert
adalah obat yang menyebabkan resiko tinggi ketika terjadi kesalahan dalam
pemberiannya. Proses perencanaan sampai dengan pemdistribusiannya juga sama
seperti obat LASA, hanya saja pada proses penyimpanan dipisah dengan obat lain,
tidak dicampur. Penulisan nama obat tidak disingkat dan kosentrasi jelas dan
tidak disingkat. Serta diberi peringatan pada kemasan atau botol high alert dan
penulisannya juga menggunakan metode tall man.
G. Sitostatika. Dari proses
perencanaan hingga proses pendistribusian adalah hampir sama dengan obat-obat
lain. Hanya saja pada proses pendistribusian harus lebih berhati-hati dan
menggunakan petugas/SDM yang telatih, untuk mencegah resiko kontaminasi pada
personel yang terlibat dalam preparasi, transportasi, penyimpanan dan pemberian
obat sitostika.
H. Morfin Injeksi, sama seperti
pada proses injeksi adrenalin diatas.hanya saja pada pendistribusiannya dan
ruang penyimpanan lebih ketat lagi dikarenakan morfin adalah sejenis narkotika.
I. Siprofloksasin. Prosesnya sama
dengan obat-obatan diatas.
J. Kapas, alur perencanaannya sama
hingga pendistribusiannya.
3. Bagaimana pendapat saudara
tentang pelayanan kefarmasian apabila kapasitas tempat tidur RS akan ditambah
sebanyak 60 bed sehubungan dengan peningkatan pelayanan RS.
Jawab
:
Menurut pendapat saya apabila
kapasitas tempat tidur RS ditambah 60 bed, maka pihak RS juga harus menambah
petugas Farmasi/ Apoteker. Selain itu juga harus melihat lagi berapa kebutuhan
anggaran obat untuk pasien rawat inap. Jangan sampai ketika penambahan BOR,
tetapi obat-obatan tidak tersedia dengan baik.begitu juga dengan petugas
farmasi.
Posting Komentar untuk "Manajemen Logistik dan Kefarmasian"