Skripsi Teknik Industri ANALISIS LOGISTIK DENGAN MENGGUNAKAN KONSEP CHANNEL DISTRIBUTION
ANALISIS LOGISTIK DENGAN MENGGUNAKAN KONSEP CHANNEL DISTRIBUTION
1.1. Latar Belakang Masalah
Persaingan
bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk menyusun kembali strategi
dan bisnisnya sehari-hari, terutama pada bagaimana sebuah perusahaan dapat mengelola
persediaan dan pengiriman produk secara lebih berkualitas dan lebih cepat
dengan perusahaan lain. Usaha untuk menciptakan rangkaian proses bukanlah
merupakan target sesaat, melainkan sifatnya dinamis, dalam arti harus selalu
diupayakan secara terus-menerus dan berkesinambungan. Sejauh perusahaan masih
bisa berusaha memperbaiki kinerjanya, sejauh itu pulalah perusahaan dapat tetap
bertahan dalam ketatnya persaingan industri.
Semua
perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur pada umumnya bertujuan untuk
mendapatkan laba yang maksimal dan menekan perusahaan agar perusahaan tetap
kompetitif. Salah satu faktor yang memerlukan banyak biaya dalam memasarkan
produk yaitu adanya manajemen logistik yang terdiri dari peramalan kebutuhan,
pengadaan material, penyimpanan barang, pengendalian persediaan, distribusi
atau transportasi melalui penghubung antara produsen-produsen (distributor), penghubung antara produsen
ke retailer (wholesaler) dan penghubung antara produsen ke konsumen (retailer).
Karena
ketatnya persaingan dan berubahnya lingkungan bisnis akhir-akhir ini menuntut
adanya model baru dalam mengelola aliran produk atau informasi terutama pada
pemasaran produk, yang merupakan modifikasi metode sebelumnya (manajemen
logistik), yaitu Channel Distribution
atau Supply Chain Management (Zabidi,
2001:6)
PT. Indostationery
Ritel Utama (ISRU) berdiri sejak tahun 1992 merupakan perusahaan yang bergerak dibidang distributor stationery, seperti
alat-alat kantor dan alat-alat tulis sekolah
bekerja sama dengan Toko Buku Gramedia. Produk yang pertama kali di
distribusikan adalah merk Rotring seperti penggaris, kaca pembesar, pulpen dan
alat-alat arsitektur.
Semakin pesatnya perkembangan arsitektur pada zaman
orde baru membuat PT. ISRU membuka 3 cabang stationery
dalam setahun. Produk-produk yang di distirbusikan semakin bervariasi dan
menarik sesuai dengan kebutuhan pelajar dan mahasiswa pada saat itu. Hingga saat
ini PT. ISRU telah memiliki 26 cabang stationery
di dalam dan luar kota. Dalam
kegiatan distribusinya PT. Indostationery tidak terlepas dari kegiatan
logistik. Adapun kegiatan logistik mencakup seluruh aliran bahan dan juga
informasi perusahaan. Salah satu permasalahan yang ada diperusahaan ini yaitu
terkait dengan persediaan produknya.
Tabel
1.1 Data Kebutuhan Odner Cabang Bulan Agustus 2015-Juli 2016
No
|
Bulan Pembelian
|
Jumlah Odner (unit)
|
|
PIM
|
Gandaria
|
||
1
|
Agustus
|
150
|
130
|
2
|
September
|
225
|
195
|
3
|
Oktober
|
180
|
150
|
4
|
November
|
215
|
190
|
5
|
Desember
|
230
|
210
|
6
|
Januari
|
240
|
220
|
7
|
Februari
|
215
|
195
|
8
|
Maret
|
205
|
185
|
9
|
April
|
200
|
178
|
10
|
Mei
|
185
|
160
|
11
|
Juni
|
160
|
170
|
12
|
Juli
|
168
|
155
|
Jumlah
|
2373
|
2138
|
(Sumber: PT. Indostationery Ritel Utama)
Persediaan
Odner yang minim bisa mengakibatkan proses perputaran barang terhambat dan
menimbulkan antrian pesanan yang panjang dari retailer. Begitu pula sebaliknya, jika terlalu berlebihan maka terjadi sebuah penumpukan bahan baku di
gudang yang menambah biaya penyimpanan. Maka dari itu sangat diperlukan metode
yang mampu mengendalikan persediaan barang guna melancarkan perputaran barang
secara berkelanjutan.
Dari latar belakang masalah tersebut penulis
akan mengambil tema Tugas Akhir ini dengan judul: ANALISIS LOGISTIK DENGAN
MENGGUNAKAN KONSEP CHANNEL DISTRIBUTION
DI PT. INDOSTATIONERY RITEL UTAMA.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Berapa jumlah persediaan yang seharusnya disediakan oleh PT. ISRU?
2. Berapa jumlah safety stock
yang dibutuhkan pada retailer?
3. Berapa biaya persediaan yang seharusnya dikeluarkan PT. ISRU dan retailer?
1.3. Pembatasan Masalah
Supaya
masalah yang dibahas tidak keluar dari topik yang akan dibahas, maka batasan
permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Dalam penelitian ini, penulis hanya
menitikberatkan pada sektor hilir yakni hubungan antara perusahaan dan retailer.
2. Penulis meneliti mengenai masalah persediaan
barang.
3. Produk yang diteliti hanya satu jenis, yaitu Odner
merk Bantex.
4. Tingkat pelayanan pada setiap retailer telah ditetapkan manajemen
sebesar 95%
1.4. Tujuan Penelitian
Pada
penulisan proposal tugas akhir ini, tujuan dilakukannya penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui kebutuhan persediaan barang
pada tahun 2017.
2. Untuk mengetahui seberapa besar jumlah safety stock yang
di sediakan PT. ISRU terhadap retailer
dan mendapatkan perbandingan total cost sistem
antara sebelum dengan sesudah koordinasi antar channel distribution.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi Penulis
Sebagai sarana penerapan ilmu pengetahuan yang
diperoleh selama menjalani perkuliahan jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik
Universitas Pamulang.
2. Bagi Perusahaan
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
untuk menentukan jumlah persediaan produk pada masa sekarang ini dengan
menggunakan konsep Channel Distribution,
sehingga persediaan barang terpenuhi sesuai permintaan retailer.
3. Bagi Pihak Lain
Dengan adanya konsep Channel Distribution ini diharapkan dapat menjadi penambahan
wawasan dan bahan referensi terutama mengenai persediaan stock barang.
1.6. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi tentang uraian latar
belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Berisi landasan teori yang
berhubungan dengan dengan penelitian ini serta dalam bab ini dimuat kerangka
pemikiran yang menggambarkan pola pikir dan sistematika pelaksanaan penelitian.
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisikan
langkah-langkah sistematika yang dilakukan dalam penelitian yaitu pengumpulan
data, analisis dan pengolahan terhadap masalah serta dilengkapi dengan diagram network
planning pemecah masalah.
BAB IV: HASIL DAN PENELITIAN
Berisi gambaran atau deskripsi
objek yang diteliti, analisis data yang diperoleh, dan pembahasan tentang hasil
dan analisis.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi kesimpulan tentang
analisis data dan pembahasan, serta saran yang dapat diberikan kepada pembaca
dan perusahaan.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Penelitian Terdahulu
Beberapa
data penelitian terdahulu mengenai analisis logistik dengan menggunakan konsep Channel Distribution adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.1 Beberapa Data Penelitian Terdahulu mengenai analisis
Logistik dengan Menggunakan Konsep Channel
Distribution
NO
|
Nama
peneliti
|
Tahun
|
Judul
Penelitian
|
Hasil
|
Persamaan
|
Perbedaan
|
1
|
Gunawan
|
2014
|
Pengem-bangan Model Rantai Pasok Pisang Mas di Lumajang dan Malang
|
Sensitivitas perubahan harga jual terhadap permintaan yaitu
permintaan akan berubah seiring peningkatan atau penurunan harga jual
|
Data yang diteliti oleh jurnal dan penulis frekuensi-nya sama 1 tahun
|
Bahan baku yang diteliti oleh jurnal dan penulis berbeda, jurnal
meneliti pisang sedangkan penulis meneliti odner
|
2
|
Astuti
|
2015
|
Kebutuhan dan Struktur Kelembaga-an Rantai Pasok Buah Manggis Studi
Kasus Rantai Pasok di Kabupaten Bogor
|
Ketersediaan modal dan ketersediaan teknologi akan saling mendukung untuk
memenuhi kebutuhan sumber daya manusia yang berkualitas dalam rantai pasok
yang baru terbentuk di Kabupaten Bogor
|
Data yang diteliti oleh jurnal dan penulis frekuensi-nya sama 1 tahun
|
Bahan baku yang diteliti oleh jurnal dan penulis berbeda, jurnal meneliti
buah manggis sedangkan penulis meneliti odner
|
(Sumber: Pengolahan Data Jurnal dan Skripsi Terbuka)
Tabel 2.1 Beberapa Data
Penelitian Terdahulu mengenai analisis Logistik dengan Menggunakan Konsep Channel Distribution(Lanjutan)
NO
|
Nama
peneliti
|
Tahun
|
Judul
penelitian
|
Hasil
|
Persamaan
|
Perbedaan
|
3
|
Mutiara Simbar, Theodora M. Katiandagh, Tommy F Lolowang, dan Jenny
Baroleh
|
2014
|
Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kayu Cempaka Pada Industri Mebel UD. Batu Zaman Dengan
Mengguna-kan Metode Economic Order
Quantity
|
Tahun 2013 menurut EOQ pembelian
bahan baku 4,448 m³, frekuensi pemesanan 2 kali, safety stock 0,24 m³, reorder
point 0,603 m³, total biaya persediaan Rp 881.670. Menurut perhitungan
pabrik pembelian bahan baku 2,3375 m³, frekuensi pemesanan 4 kali, total
biaya persediaan Rp. 1.335.000.
|
Data yang diteliti oleh
jurnal dan penulis frekuensi-nya sama 1 tahun.
|
Bahan baku yang
diteliti oleh jurnal dan penulis berbeda, jurnal meneliti kayu sedangkan penulis meneliti odner.
|
4
|
Deny Utomo
|
2013
|
Strategi Pendekatan Supply
Chain Management Pada Proses Produksi dan Saluran Distribusi Terhadap
Agroindustri Mangga di Probolinggo
|
Faktor keberhasilan SCM pada proses produksi dan saluran distribusi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap agroindustri mangga
|
Data yang diteliti oleh jurnal dan penulis frekuensi-nya sama 1 tahun
|
Bahan baku yang diteliti oleh jurnal dan penulis berbeda, jurnal
meneliti buah mangga sedangkan penulis meneliti odner
|
(Sumber: Pengolahan Data Jurnal dan Skripsi Terbuka)
Tabel 2.1 Beberapa Data
Penelitian Terdahulu mengenai analisis Logistik dengan Menggunakan Konsep Channel Distribution Penelitian
Terdahulu (Lanjutan)
NO
|
Nama
peneliti
|
Tahun
|
Judul
penelitian
|
Hasil
|
Persamaan
|
Perbedaan
|
5
|
Juliana Puspika
dan Desi Anita
|
2013
|
Inventory Control dan Perencana-an Persediaan Bahan Baku Produksi
Roti pada Pabrik Roti Bobo Pekanbaru
|
Tahun 2010 total biaya persediaan dengan
metode EOQ Rp1.056.177,90 menurut hitungan pabrik Rp3.059.186,25. Tahun 2011
total biaya persediaan dengan metode EOQ Rp1.328.092,71 menurut hitungan pabrik Rp3.873.605,20.
Tahun 2012 dengan metode EOQ, total biaya persediaan Rp Rp1.620.617,17. Total
biaya persediaan pabrik Rp5.226.665,60.
|
Penelitian
antara jurnal dan penulis mengguna-kan metode EOQ.
|
1.
Penelitian jurnal mengguna-kan data selama 3 tahun, penelitian
penulis mengguna-kan data selama 1 tahun.
2.
Bahan baku yang diteliti oleh jurnal dan penulis berbeda, jurnal
meneliti roti sedangkan penulis meneliti odner.
|
6
|
MaftahatHakimah, Rani Rotul Muhima, Anna Yustina
|
2015
|
Rancang Bangun Aplikasi Peramalan Persediaan
Barang dengan Mengguna-kan Trend Projections
|
Dari
hasil pengujian sistem yang dikenakan pada 5 data data
penjualan diperoleh tingkat akurasi sistem sebesar 86%.
|
Data yang diteliti oleh jurnal dan penulis frekuensi-nya sama 1 tahun
|
Peneliti
jurnal menggunkan metode Exponential Smoothing untuk melakukan
peramalan.
|
(Sumber: Pengolahan Data Jurnal dan Skripsi Terbuka)
Tabel 2.1 Beberapa Data
Penelitian Terdahulu mengenai analisis Logistik dengan Menggunakan Konsep Channel Distribution Penelitian
Terdahulu (Lanjutan)
NO
|
Nama
peneliti
|
Tahun
|
Judul
penelitian
|
Hasil
|
Persamaan
|
Perbedaan
|
7
|
Muhammad Ikhsan Fauzi
|
2014
|
Perancangan
aplikasi peramalan dan persediaan obat-obatan menggunakan metode Least Square
|
Verifikasi
peramalan sedemikian rupa sehingga mencerminkan data masa lalu dan sistem
penyebab yang mendasari permintaan tersebut. Sepanjang representasi peramalan
tersebut dapat dipercaya, hasil peramalan dapat terus digunakan.
|
Data yang diteliti oleh jurnal dan penulis frekuensi-nya sama 1 tahun
|
Bahan baku yang diteliti oleh jurnal dan penulis berbeda,
jurnal meneliti obat sedangkan penulis meneliti odner.
|
(Sumber: Pengolahan Data Jurnal dan Skripsi Terbuka)
2.2 Channel Distribution
Channel distribution adalah hubungan timbal balik
antara penyedia dan pelanggan untuk menyampaikan nilai-nilai yang sangat
optimal kepada pelanggan dengan biaya yang cukup rendah namun memberikan
keuntungan secara menyeluruh (Christopher, 2011:4). Fokus dari Channel Distribution
adalah manajemen hubungan untuk menciptakan hasil dan keuntungan optimal
bagi seluruh pihak yang terdapat dalam mata rantai Channel Distribution.
Inovasi bisnis yang semakin berkembang dewasa ini menggambarkan Channel Distribution
secara lebih luas lagi dari sekedar mata rantai tapi juga sebagai sebuah
jaringan. Aitken dalam Ballou
(2004:6) Channel Distribution adalah jaringan dari organisasi-organisasi
yang saling berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lain dan mereka
bekerjasama untuk mengatur, mengawasi dan meningkatkan arus komoditi dan
informasi semenjak dari tititk supplier hingga ke end user.
Menurut Heyzer dan Render (2011:451), Channel Distribution yang
mengikuti konsep Channel Distribution yang benar dan baik akan dapat
memberikan dampak peningkatan keunggulan kompetitif terhadap produk maupun pada
sistem rantai pasokan yang dibangun perusahaan tersebut. Lebih lanjut Heyzer
dan Render (2011:453) menyatakan bahwa, perusahaan perlu mempertimbangkan
masalah rantai pasokan untuk memastikan bahwa rantai pasokan mendukung strategi
perusahaan. Hal tersebut didukung oleh pendapat Chopra and Meindl (2007:7)
bahwa, desain rantai pasokan, perencanaan, dan keputusan operasi memberikan
peranan yang penting dalam menentukan keberhasilan atau kegagalan sebuah
organisasi.
Kegiatan-kegiatan ini mencangkup fungsi pembelian tradisional ditambah
kegiatan penting lainnya yang berhubungan antara pemasok dengan distributor. Channel Distribution bisa
meliputi penetapan seperti pada Gambar 2.1
· Informasi Penjadwalan
· Arus Kas
· Arus Pesanan
|
Perusahaan
|
Persediaan
|
Pemasok
|
Distributor
|
Konsumen
|
· Arus Kredit
· Arus Bahan Baku
|
Gambar 2.1 Channel Distribution
(Sumber:
Siagian, 2005:6)
Mentzer dalam Christhoper
(2011:3) mendefiniskan Channel Distribution sebagai strategi manajemen
dari seluruh fungsi bisnis yang meliputi beberapa aliran, hulu atau
hilir, untuk beberapa aspek pada sistem rantai pasokan. Channel Distribution
meliputi seluruh fungsi bisnis yang dikoordinasikan di dalam
perusahaan dan perusahaan lain yang terdapat pada rantai pasokan. Heizer dan Render (2011:457)
menambahkan bahwa Channel Distribution sebagai pengintegrasian aktivitas pengadaan
bahan dan pelayanan, pengubahan menjadi barang setengah jadi dan produk
akhir, serta pengiriman ke pelanggan. Seluruh aktivitas ini mencakup aktivitas
pembelian dan outsourcing, ditambah fungsi lain yang penting bagi hubungan antara
pemasok dan distributor.
Channel Distribution sebenarnya sudah dikenal
sejak beberapa tahun yang lalu dan terintegrasi dengan logistik. Channel
Distribution menegaskan interaksi antar fungsi pemasaran, produksi pada
suatu perusahaan. Memanfaatkan kesempatan untuk meningkatkan pelayanan dan
penurunan biaya dapat dilakukan melalui koordinasi dan kerjasama antara
pengadaan bahan baku dan pendistribisiannya. Hal ini terkait dengan kegiatan
rantai pasokan yang secara tidak langsung terkontrol dari kegiatan logistik.
Saat ini tidak dapat dipungkiri bahwa perusahaan besar maupun kecil pasti
melakukan kegiatan logistik, baik logistik di dalam perusahaan maupun di luar
perusahaan. Saluran persediaan bahan baku sampai penyaluran barang jadi, sangat
membutuhkan logistik (Siagian, 2005:6).
Chopra dan Meindl (2007:6) menyatakan bahwa Channel Distribution melibatkan
seluruh bagian, baik secara langsung atau tidak langsung, untuk memenuhi
permintaan konsumen. Rantai pasokan tidak hanya berkaitan dengan manufaktur dan
pemasok, tetapi juga melibatkan transportasi, gudang, retailer, dan
pelanggan itu sendiri. Tujuan dari Channel Distribution adalah
memaksimalkan keseluruhan nilai.
Menurut Chopra dan Meindl (2007:4),
rantai pasokan menimbulkan gambaran atas pergerakan produk atau pasokan dari supplier
kepada pembuat produk, distributor,
pengecer, pelanggan sepanjang rantai. Rantai pasokan biasanya melibatkan
variasi dari tahapan, tahapan ini meliputi: 1) Pelanggan (Customer), 2)
Pengecer (Retailer), 3) Distributor, 4) Pembuat produk (Manufacturer),
5) Komponen atau supplier bahan baku (Supplier). Tahapan Channel
Distribution seperti pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Tahapan Channel distribution
(Sumber: Chopra
dan Meindl, 2007)
Lee & Whang dalam Anatan dan Ellitan
(2008:46) Channel Distribution sebagai integrasi proses bisnis dari
pengguna akhir melalui pemasok memberikan produk, jas, informasi, dan
bahkan peningkatan nilai untuk konsumen dan karyawan. Melalui Channel
Distribution, perusahaan dapat membangun kerjasama melalui penciptaan
jaringan kerja (network) yang terkordinasi dalam penyediaan
barang maupun jasa bagi konsumen secara efisien.
2.2.1 Konsep Channel Distribution
Channel Distribution menekankan pada penekanan
lebih pada bagaimana perusahaan memenuhi permintaan konsumen tidak hanya
sekedar menyediakan barang. Channel Distribution merupakan proses
penciptaan nilai tambah barang dan jasa yang berfokus pada efisiensi dan
efektifitas dari persediaan, aliran kas dan aliran informasi. Aliran informasi
merupakan aliran terpenting dalam pengelolaan rantai pasokan kareana dengan
adanya informasi maka pihak pemasok dapat menjamin ketersediaan material lebih
tepat waktu, memenuhi permintaan konsumen lebih tepat waktu, memenuhi
permintaan konsumen lebih cepat dengan kuantitas yang tepat sehingga pada akhirnya
dapat meningkatkan kinerja rantai pasok secara keseluruhan (Anatan dan Ellitan,
2008:98).
Tujuan utama membangun Channel Distribution untuk memperkuat
hubungan baik antara manufaktur dengan pemasok dan saluran distribusinya.
Artinya manufaktur perlu menyertakan mereka baik dalam resiko ataupun peluang
bisnis dengan pembagian responbility sebagai sesama produsen. Maka
dengan Channel Distribution perusahaan akan lebih responsif dan
kapabilitasnya memungkinkan untuk memenuhi permintaan konsumen. Channel Distribution
tidak dapat berjalan secara terpisah, tetapi harus merupakan suaatu
kesatuan sehingga akan menghasilkan sinergi. Rantai pasokan yang terpenting
adalah saling berbagi informasi, oleh karena itu dalam aliran material, aliran
informasi merupakan keseluruhan elemen dalam Channel Distribution yang
perlu di integrasikan (Anatan dan Ellitan, 2008:98).
2.2.2 Strategi Channel Distribution
Strategi Channel Distribution diperlukan untuk membantu pencapaian
tujuan perusahaan yang diiginkan dalam strategi perusahaan. Inovasi terhadap
pendekatan-pendekatan strategi Channel Distribution akan membuat
perusahaaan dapat unggul dalam bersaing. Perencanaan strategi Channel Distribution
diperlukan beberapa sumber-sumber pengambilan keputusan. Suatu perspektif
strategi untuk sumber dari dalam dan dari luar perusahaan bertujuan agar mampu
bersaing berdasarkan differensiaasi produk atau fokus. Unsur-unsur pembuatan
strategi Channel Distribution menurut Sisilan dan Satir dalam Siagian (2005:20)
terdiri dari faktor primer (keunggulan bersaing, fleksibilitas permintaan) dan
faktor sekunder (kapabilitas proses, batas waktu proses, dan risiko strategi):
a. Faktor Primer
1.
Keunggulan Bersaing
Secara
umum keunggulan bersaing dapat diperoleh melalui diferensiasi produk,
kepeloporan biaya (berusaha meminimalisasi biaya tanpa mengurangi nilai dan
kualitas produk), respon yang cepat dimana ditandai dengan sifat fleksibel,
reliabel, dan cepat tanggap terhadap perubahan perubahan.
2.
Fleksibilitas Permintaan
Fleksibilitas
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu produk itu sendiri, campuran produk,
volume, dan tipe pengantaran. Pengukuran dan fleksibilitas dapat dilihat dari
ketepatan pengantaran dan peramalan permintaan yang tepat.
b. Faktor Sekunder
1.
Kapabilitas proses
Faktor
kapabilitas berkaitan dengan sejauh mana perusahaan dapat menjalankan aktivitas-aktivitas
yang dibutuhkan dan sangat tergantung pada tipe kegiatan.
2.
Kematangan proses
Faktor
kematangan proses sangat berkaitan dengan tingkat kinerja proses, bagaimana
proses ini dapat tanggap dan memenuhi penawaran pasar.
3.
Risiko strategi
Risiko
strategi mencakup penyebaran risiko, yaitu risiko yang diterima perusahaan
akibat adanya kebocoran informasi tentang produk dan layanannya, baik itu yang
diterima atau diberikan pemasok, sehingga pesaing dapat mengetahui
strategi-strategi perusahaan.
Strategi operasional
dalam Channel Distribution lebih dikenal dengan strategi supply chain.
Strategi ini didefinisikan sebagai kumpulan kegiatan dan aksi strategis di
sepanjang supply chain yang menciptakan rekonsiliasi antara apa yang
dibutuhkan pelanggan akhir dengan kemampuan sumber daya yang ada pada supply
chain, Pujawan dalam Anatan
dan Ellitan (2008:65). Strategi supply chain mengarah pada perencanaan
jangka panjang untuk menciptakan produk yang murah, berkualitas, tepat waktu,
bervariasi, dan mendukung supply chain untuk mencapai tujuan-tujuan
strategis yang telah ditetapkan. Tujuan dapat dicapai dengan cara perusahaan
harus harus memiliki kemampuan untuk beroperasi secara efisien, menciptakan
kualitas produk yang tinggi, respon cepat terhadap kebutuhan konsumen,
fleksibel, dan inovatif dalam merespon perubahan yang terjadi dalam perusahaan.
2.2.3 Perencanaan
Channel Distribution
Menurut Siagian (2005:23), penerapan Channel Distribution terdiri
dari 6 topik, yaitu tingkatan perencanan, luasnya daerah perencanan, tujuan
pelayaanaan konsumen, strategi fasilitas lokasi, keputusan persediaan, dan
strategi transportasi.
a. Tingkat
Perencanaan
Perencanaaan Channel Distribution bertujuan
untuk menjawab pertanyaan tentang apa, kapan, bagaimana, hal tersebut
berlangsung pada tiga tingkatan, yaitu strategis, taktikal, dan operasional.
Perencanaan strategis, digolongkan sebagai rencana jangka panjang logistik,
dimana waktu yang dibutuhkan lebih dari satu tahun. Perencanaan ini biasanya
berhubungan dengan kebijakan-kebijakan dalam menjalankan perusahaan.
Perencanaan taktis, merupakan perencanaan logistik jangka menengah, biasanya
berlaku pada jangka waktu menengah yang tidak terlalu lama, kurang dari satu
tahun. Perencanaan operasional, berorientasi pada kegiatan operasionaal
logistik sehari–hari, sehingga jangka waktunya sangat pendek, bahkan bisa
direncanakan secara harian atau jam. Setiap tingkatan perencanan mempunyai
perspektif yang berbeda. Perencanaan strategis bersifat umum, karena data yang
diperoleh untuk membuat perencanaan tersebut sering diperoleh dari data yang
tidak lengkap dan akurat, sedangkan perencanaan operasional harus bersifat
pasti, karena menggambarkan kegitan logistik per kegiatan, hal ini sangat
mempengaruhi kegiatan logistik secara terperinci.
b. Luasnya Daerah
Perencanaaan
Kegiatan logistik menyangkut empat keputusan penting,
meliputi
1. Tingkat layanan kepada pelanggan
2. Lokasi fasilitas
logistik, yaitu menentukan strategi logistik dapat berjalan lancar dan menjamin
akan mendapatkan stock
3. Keputusan persediaan,
berkaitan dengan persediaan yang dimiliki dan kecukupan stock barang
4. keputusan transportasi,
yaitu memilih model transportasi yang akan digunakan. Hubungan keempat masalah
tersebut, dapat digambarkan dalam segitiga pengambilan keputusan logistik,
yakni pada Gambar 2.3
Gambar 2.3 Segitiga Pengambilan Keputusan Logistik
(Sumber:
Siagian, 2005)
c. Tujuan Pelayanan
Konsumen
Faktor berikut ini sangat berbeda dengan faktor
lainnya, bagaimana usaha untuk memenuhi pelayanan konsumen sangat membutuhkan
“seni”. Pada tingkat pelayanan jasa yang rendah pemutusan persediaan dapat
dilakukan di beberapa tempat, akibatnya biaya menjadi lebih mahal. Tetapi, pada
usaha dengan pelayanan jasa yang tinggi maka akan terjadi sebaliknya.
d. Stategi Fasilitas
Lokasi
Perencanaan logistik terhadap fasilitas lokasi, sangat
tergantung pada posisi geografis dari tempat penyimpanan dan tempat sumber
daya. Menetapkan jumlah, lokasi, besarnya fasilitas, dan menentukan pasar yang
dituju adalah cara penentuan produk yang tepat untuk dipasarkan. Menentukan
biaya rendah atau mendapatkan keuntungan yang maksimal adalah tujuan dari
perencanaan strategi fasilitas lokasi.
e. Keputusan
Persediaan
Keputusan persediaan menunjukan tata cara bagaimana
persediaan diatur. Kebijakan yang diambil perusahaaan biasanya mempengaruhi
keputusan fasilitas lokasi, untuk itu kebijakan ini digolongkan sebagai
strategi logistik.
f. Strategi
Transportasi
Keputusan transportasi yang digunakan sangat
bergantung pada mode, seperti ukuran pengiriman, rute pengiriman dan
penjadwalan. Selain itu, untuk melihat problem perencanaan logistik dapat
dilihat dari jaringan kerjanya. Jaringan tersebut menggambarkan pergerakan barang
mulai dari toko pengecer-gudang-pabrik
atau vendor.
2.3 Manajemen Persediaan
Persediaan merupakan bahan atau barang yang disimpan untuk tujuan
tertentu, antara lain untuk proses produksi, jika berupa bahan mentah maka akan
diproses lebih lanjut, jika berupa komponen maka akan dijual kembali menjadi
barang dagangan. Persediaan merupakan bagian yang terbesar dalaam penggunaan
modal kerja perusahan dan merupakan aktiva yang selalu mengalami perubahan
setiap saat. Persediaan juga menglami perputaran yang berbeda-beda, tinggi
rendahnya perputaran akan berpengaruh langsung terhadap besar kecilnya dana
yang ditawari atau dibutuhkan dalam persediaan tersebut (Siagian, 2005:161).
Banyak perusahaan memiki nilai persediaan diatas 25% dari nilai seluruh aset
yang dimiliki. Ini berarti modal tertahan dalam bentuk persediaan di suatu
perusahaan bisa sangat signifikan.
Pembelian item berulang sering diadakan
sebagai strategi persediaan. Dengan demikian, kebijakan persediaan memiliki
pengaruh yang besar terhadap keputusan pembelian kuantitas. Beberapa pertanyaan
banyak untuk memesan, kapan, dan berapa banyak untuk dibawa dalam saham adalah
keputusan kunci dikenakan pemeriksaan perbaikan terus-menerus bersama dengan
fokus pada kualitas dan pelanggan, karyawan, dan kepuasan pemasok. Penting
dalam membuat pengiriman, persediaan, atau keputusan ukuran pesanan pembelian
untuk memahami mengapa persediaan ada dan apa trade-off yang relevan (Lenders,
Fearon, Flynn, dan johnson, 2002:200). Semakin tinggi perputaran persediaan
berarti semakin pendek waktu yang dibutuhkan dalam persediaan, sehingga
kebutuhan dan relatif lebih kecil dan sebaliknya semakin lamban perputaran
persediaan akan semakin lama waktu yang dibutuhkan dalam persediaan, sehingga
kebutuhan dana untuk persediaan relatif besar.
2.3.1 Fungsi Persediaan
Persediaan memiliki
berbagai fungsi penting menambah fleksibilitas dari operasi suatu perusahaan.
Fungsi dasar persediaan sebenarnya sangat sederhana, yaitu meningkatkan profability
perusahaan. Persediaan kebijakan perushaan yang aman adalah memiliki
persediaan dalam jumlah banyak, tetapi ternyata hal ini akan menyebabkan
tingginya biaya untuk penyimpanan dan pembelian bahan atau barang yang
bersangkutan, sedangkan kelebihan persediaan juga akan menyebabkan banyaknya
dana yang terserap dalam persediaan sehingga tidak efisien. Sebaliknya, bila persediaan
terlalu sedikit akan berisiko kekurangan bahan atau barang dan akan menggangu
kelancaran proses produksi, selain itu juga biaya pembelian dan biaya
persediaan juga semakin besar. Selain fungsi dasar persediaan, ada beberapa
fungsi persediaan yang lainnya, yaitu:
1.
Fungsi pemisahan wilayah, merupakan spesialisasi ekonomis
antara unit pembuatan (manufacturing) dan unit distribusi yang dibagikan
dalam wilayah-wilayah yang ditangani.
2.
Fungsi decoupling, merupakan fungsi suatu produk yang
di proses dan didistribusikan dalam ukuran yang ekonomis.
3.
Fungsi penyeimbang dengan permintaan, Persediaan berfungsi
untuk menyeimbangkan kebutuhan konsumsi dengan produksi, agar kebutuhan
konsumsi dapat dipenuhi dengan lancar dari proses produksi yang dilakukan.
Sifat permintaan dapat bersifat stabil dan musiman.
4.
Fungsi penyangga (buffer stock). Persediaan memiliki
fungsi sebagai penyangga agar proses produksi berjalan lancar tanpa hambatan. Fungsi
penyangga dilaksanakan dengan menetapkan persediaan pengaman (safety stock).
2.3.2 Jenis-Jenis Persediaan
Secara umum,
persediaan dapat dibedakan dari beberapa jenis, antara lain sebagai berikut.
1.
Persediaan bahan baku atau yang disebut juga persediaan bahan
mentah, yaitu bahan atau barang yang akan di proses lebih lanjut menjadi barang
jadi. Bahan mentah dapat digunakan pada proses produksi untuk pemasok yang
berbeda
2.
Persediaan barang dalam proses, merupakan persediaan yang
telah mengalami perubahan, tetapi belum selesai
3.
Supplies inventory adalah persediaan yang berfungsi sebagai penunjang
dalam proses operasi atau produksi agar berjaalan lancar.
4.
Persediaan barang dagangan, merupakan persediaan yang akan
dijual kembali sebagai barang dagangan.
5.
Persedian barang jadi, merupakan yang dipenuhi dari hasil
operasi atau produksi yang sudah selesai dan masih disimpan di gudang perusahaan.
2.3.3 Biaya-Biaya Persediaan
Tujuan dari
kebanyakan model persediaan adalah untuk meminimlkan biaya total secara
keseluruhan. Dalam menetapkan kebijakan persediaan, biaya-biaya yang
ditimbulkannya dapat diklasifikasikan menjadi beberapa biaya. Biaya-biaya tersebut
akan menjadi pertimbangan dalam menentukan jumlah persediaan, yang sifatnya
saling berlawanan, antra lain:
1.
Biaya simpan, biaya untuk menyimpan/menjaga atau merawat
persedian.
2.
Biaya pesan, biaya yang timbul selama proses pemesanan,
misalnya biaya administrasi pemesanan, biaya proses pesan, biaya bongkar muatan
dan sebagainya.
3.
Biaya penyiapan, biaya yang timbul untuk menyiapkan mesin
atau proses untuk produksi jika barang/komponen yang diperlukan diproduksi
sendiri oleh perusahaan.
4.
Biaya kehabisan bahan, biaya yang timbul jika terjadi
kehabisan bahan.
2.3.4 Mengelola Persediaan
pada Channel Distribution
Mengelola persediaan melibatkan berbagai jenis masalah.
Karena mengelola persediaan tidak dapat ditangani dengan menggunakan metode
solusi tunggal, kita perlu mengkategorikan metode dalam beberapa kelompok
jurusan. Manajemen persediaan menggunakan just-in-time metode tidak akan
dimasukkan dalam pengelompokan ini. dengan metode manajemen persediaan yang
tersisa, kami asumsi bahwa kondisi tingkat permintaan dan variabilitas, lead
time dan variabilitas, dan biaya persediaan terkait diketahui, dan bahwa
kita harus melakukan yang terbaik pengendalian persediaan pekerjaan, mengingat
kondisi ini. Sebaliknya, just-in-time philosopy (supply langsung
untuk menuntut seperti itu terjadi) adalah untuk elliminate persediaan dengan
mengurangi variabilitas permintaan dan siklus pengisian waktu, mengurangi
ukuran lot, dan menjalin hubungan yang kuat dengan sejumlah pemasok untuk memastikan
produk berkualitas dan ketertiban mengisi akurat (Ballou, 2004:331).
2.4 Peramalan
Peramalan dalam bidang produksi
merupakan suatu estimasi terhadap tingkat kebutuhan akan satu atau beberapa
periode waktu di masa akan datang. Peramalan merupakan alat pendukung dalam
proses pengambilan keputusan.
Peramalan dikelompokan atas beberapa
bagian antara lain :
1.
Menurut sifat penyusunannya
a.
Peramalan Subjektif, yaitu peramalan yang didasarkan atas
perasaan atas intuisi dari orang yang menyusunnya. Pandanga orang yang
menyusunnya sangat menentukan baik tidaknya hasil peramalan tersebut.
b.
Peramalan Objektif, yaitu permalan yang didasarkan atas data
masa lalu yang relevan dengan menggunakan teknik-teknik dan metode-metode dalam
penganalisisannya.
2.
Menurut horizon waktunya
a.
Peramalan jangka pendek, yaitu peramalan yang dilakukan untuk
penyusunan hasil ramalan jangka waktunya satu tahun atau kurang.
b.
Peramalan jangka menengah, yaitu peramalan yang dilakukan
untuk penyusunan hasil ramalan yang jangka waktunya satu hingga lima tahun
kedepan.
c.
Peramalan jangka panjang, yaitu peramalan yang dilakukan
untuk penyusunan hasil ramalan yang jangka waktunya lebih dari lima tahun.
Secara umum, metode peramalan dikelompokan atas dua bagian,
yaitu :
1.
Metode Peramalan Kualitatif
Peramalan
kualitatif tidak menggunakan perhitungan matematis atau perhitungan secara
statistik. Peeramalan kualitatif pada umumnya bersifat subjektif dan
dipengaruhi oleh intuisi, emosi, pendidikan dan pengalaman seseorang.
Metode
kualitatif terdiri atas beberapa teknik, anatara lain :
a.
Juri Opini Eksekutif
Metode
ini merupakan metode peramalan paling sederhana dan paling banyak digunakan.
Metode ini mendasarkan pada pendapat dari sekelompk kecil eksekutif tingkat
atas, misalnya manajer dari bagian pemasaran, roduksi, teknik dan keuangan yang
secara bersama-sama mendiskusikan dan memutuskan ramalan suatu variabel pada
periode yang akan datang.
b.
Metode Delphi
Metode
ini menggunakan serangkaian kuisioner yang disebarkan kepada responden. Jawaban
responden diringkas dan diserahkan kepada panel ahli untuk dibuat perkiraannya.
c.
Gabungan Tenaga Penjualan
Metode
ini banyak digunakan, karena tenaga penjualannya merupakan sumber informasi yang baik mengenai perrmintaan
konsumen. Setiap tenaga penjual meramalkan tingkat penjualan di daerahnya, yang
kemudian digabung pada tingkat propinsi dan seterusnya sampai tingkat nasional
atau internasional untuk mencapai peramalan menyeluruh.
d.
Survey Pasar
Survey
dapat dilakukan dengan kuisioner, telepon atau wawancara. Survey dilakukan
terhadap konsumen atau konsumen potensial untuk mengetahui rencana pembelian
produk pada periode yang diamati.
2.
Metode Peramalan Kuantitatif
Metode
peramalan kuantitatif adalah metode peramalan yang didasarkan pada data
kuantitatif masa lalu. Hasil peramalan yang dibuat sangat bergantung kepada
metode peramalan yang digunakan. Metode yang baik akan memberikan hasil peramal
yang baik dengan hasil penyimpangan (error)
yang terkecil.
Persyaratan
penggunaan metode peramalan kuantitatif adalah :
a.
Tersedia informasi masa lalu
b.
Informasi masa lalu dapat dikuantifikasi dalam bentuk data
numeric
c.
Diasumsikan pola data berlanjut untuk masa yang akan datang.
Ada dua
kelompok besar metode kuantitatif, yaitu metode Time Series dan metode Non
Time Series. Metode time series adalah
metode yang dipergunakan untuk menganalisa serangkaian data yang merupakan
fungsi dan waktu. Metode ini mengasumsikan beberapa pola selalu berulang
sepanjang waktu. Analisis deret waktu menunjukan bagaimana permintaan terhadap
suatu produk bervariasi terhadap waktu. Sifat dari perubahan permintaan dari
taun ke tahun dirumuskan untuk meramkan pen jualan masa yang akan datang.
Secara umum pola permintaan dibagi atas empat jenis, antara lain :
a.
Trend atau Kecenderungan
Trend
merupakan sifat dari permintaan dimasa lalu terhadap waktu terjadinya bila ada kenaikan
atau penurunan dari data observasi jangka panjang. Pola trend dipakai untuk
meramalkan biaya-biaya yang termasuk didalam biaya operasi karena biaya akan
cenderung naik jika mesin dan peralatan semakin tua atau semakin lama.
Gambar 2.4 Pola Trend
b.
Siklus
Digunakan bila data
dipengaruhi oleh fluktuasi jangka panjang atau memiliki siklus yang berulang
secara periodik. Pola siklis dipaki untuk permalan jangka menengah akibat
pengaruh dari penjualan produk yang memiliki siklus naik turun karena
pergerakan ekonomi.
Gambar 2.5 Pola Siklis
c.
Musiman (Seasonal)
Pola ini digunakan bila
suatu deret waktu dipengaruhi oleh faktor musim (seperti mingguan, bulanan dan
harian). Pola musiman dipakai untuk melakukan peramalan jangka pendek.
d.
Horizontal
Pola ini dipakai bilai
nilai-nilai dari data observasi berfluktuasi disekitar nilai konstan rata-rata.
Dengan demikian dapat dikatakan pola ini sebagai stationary pada rata-rata hitungannya. Misalnya, pola ini terdapat
bila suatu produk mempunyai jumlah penjualan yang tidak menaik atau menurun
selama beberapa periode waktu.
e.
Diagram Pencar
Diagram ini digunakan untuk
melihat kolerasi (hubungan) dari suatu faktor penyebab yang berkesinambungan
terhadap suatu karakteristik kualitas hasil kerja. Pada umumnya apabila
membicarakan tentang hubungan antara dua jenis data, sesungguhnya berbicara
tentang hubungan sebab akibat, suatu hubungan antara satu dan lain sebab dan
hubungan antara suatu sebab dengan sebab lain.
Langkah-langkah pembuatan
diagram penc ar adalah sebagai berikut :
1.
Kumpulkan data-data yang hbingannya akan diteliti, masukan
data-data tersebut dalam satu lembar data.
2.
Gambarkan sumbu grafik secara vertikal dan horizontal.
Apabila hubungan antara dua macam data ini merupakan hubungan sebab akibat,
maka sumbu vertikal biasanya akan menunjukan nilai kuantitatif dari akibat,
sedangkan sumbu horizontal akan menunjukan nilai kuantitatif dari sebab.
3.
Plot data dalam grafik. Titik-titik data ini diperoleh dengan
memtongkan nilai kuantitatif yang ada dari kedua sumbu vertikal dari
horizontal. Apabila nilai data ternyata berulang dan jatuh pada titik yang
sama, maka lingkari titik tersebut sesuai dengan frekuensi pengulangannya.
Gambar 2.6 Diagram pencar
Metode peramalan time series secara umum digunakan untuk
peramalan jangka pendek hingga menengah. Metode peramalan yang termasuk jenis time series antara lain :
1.
Metode Penghalusan (Smoothing)
Metode smoothing digunakan untuk mengurangi ketidakteraturan musiman dari
data masa lalu, dengan membuat rata-rata terrtimbang dari sederetan data masa
lalu. Ketepataan metode peramalan ini cukup baik untuk peramlan jangka pendek,
sedangkan untuk peramalan jangka panjang metode peramalan ini kurang akurat.
Metode smoothing terdiri atas beberapa jenis, antara lain :
a.
Metode rata-rata bergerak (Moving Average). Metode ini terdiri dari dua jenis, yaitu :
1.
Single Moving
Average (SMA)
Moving Average pada suatu periode
merupakan permalan untuk sstu peride ke depan dari periode rata-rata tersebut.
Persoalan penggunaan metode ini adalah dalam menentukan nilai t (periode
perata-rataaan). Semakinbesar nilai maka peramalan yang dihasilkan akan semakin
menjauhi pola data.
Keterangan :
X1 = data pengamatan periode t
N = jumlah deret waktu yang digunakan
Ft+1 = nilai peramalan
periode t+1
2.
Linier Moving
Average (LMA)
Dasar dari metode ini adalah
penggunaan moving average kedua untuk
memperoleh penyesuaian bentuk pola trend.
b.
Metode Exponential Smoothing,
metode ini terdiri dari :
1.
Single Exponential
Smoothing
Dasar dari metode ini adalah
nilai ramalan pada periode t+1 merupakan nilai aktual pada periode t ditambah dengan
penyesuaian yang berasal dari kesalahan niai ramalan yang terjadi pada periode
t tersebut.
Keterangan :
Xt = data permintaan pada periode t
É‘ = faktor pemulusan
Ft+1 = peramalan untuk periode t
2.
Double Exponential
Smoothing
3.
Triple Exponential
Smoothing
4.
Adaptive Exponential
Smoothing
5.
Holt 2-Parameterrs
Linier Exponential Smoothing
6.
Winter 3-Parameters
Linier Exponential Smoothing
2.
Metode Proyeksi Kecenderungan dengan Regresi
Metode ini cuku baik digunakan untuk peramalan jangka pendek
maupun jangka panjang. Semakin banyak data yang dimliki maka semakin baik hasil
peramalan yang diperoleh.
Metode ini terdiri dari beberapa fungsi peramalan, antara
lain :
a.
Konstan
Yt = a, dimana a =
b.
Linier
Yt = a + bt
Dimana : b =
É‘ =
c.
Kuadratis
Yt= a + bt + ct²
Dimana : É‘ =
b =
c =
y = (
δ =
θ =
α =
d.
Eksponensial
Yt = aeᵇᵗ
Dimana : ln É‘ =
b =
e.
Siklis
Yt = É‘ + b.sin
) + c.cos(
Dimana :
∑
= É‘
+ c
∑(Ycos
3.
Metode Dekomposisi
Metode dekomposisi merupakan pendekatan peramalan yang
tertua. Ada beberapa pendekatan alternative untuk mendekomposisikan suatu deret
berkala yang bertujuan untuk memisahkan setiap komponen deret data seteliti mungkin.
Konsep dasar pemisahan bersifat empiris dan tetap yang mula-mula memisahkan
unsur musiman, kemudian trend dan
akhirnya unsur siklis.
4.
Metode Kausual
Metode kausual mengasumsikan faktor yang diperkirakan
menunjukan adanya hubungan sebab akibat dengan satu atau beberapa variabel
bebas. Sebagai contoh jumlah pendapatan berhubungan dengan faktor-faktor
seperti harga jual, tingkat promosi dan jumlah penjualan. Kegunaan dari metode
kausual adalah untuk menemukan bentuk hubungan antara variabel-variabel
tersebut dan menggunakannya untuk meramalkan nilai dari variabel tidak bebas.
Kualitas hasil
peramalan sangat ditentukan oleh proses pelaksanaan permalan tersebut.
Peramalan yang baik dalah permalan yang dilakukan dengan mengikuti
langkah-langkah penyusunan yang baik. Langkah-langkah yang harus dilakukan
untuk membuat peramalan dengan metode kuantitatif adalah :
1.
Penentuan Tujuan Peramalan
Tujuan peramalan biasanya adalah untuk mengetahui tingkat
permintaan terhadap produk dalam jangka waktu tertentu.
2.
Identifikasi Pola Historis dari Data Aktual
Identifikasi pola historis dari data aktual dilakukan dengan
membuat diagram pencar. Pembuatan diagram pencar dimaksudkan untuk mengetahui
pola data historis. Ada empat model pola data historis yang umum terjadi. Pada
peramalan menggunakan metode time series,
yaitu :
a.
Pola Konstan
Pola konstan menunjukan nilai data yang berfluktuasi di
sekitar nilai rata-rata.
b.
Pola Musiman
Pola musiman apabila suatu deret dipengaruhi oleh faktor
musiman, misalnya bulanan, kuartalan.
c.
Pola Siklis
Terjadi apabila data dipengaruhi olh fluktuasi ekonomi jangka
panjang.
d.
Pola Trend
Pola trend terjadi
apabila terdapat kenaikan atau penurunan nilai dua secara kontinu dalam jangka
panjang.
3.
Pemilihan fungsi peramalan (minimal dua fungsi) yang dianggap
sesuai dengan pola data pada diagram pencar.
4.
Perhitungan parameter-parameter fungsi peramalan
5.
Perhitungan ketelitian masing-masing fungsi peramalan yang
dipilih.
Ketelitian hasil peramalan diukur dari besar kecilnya kesalahan
peramalan. Kesalahan yang kecil menandakan ketelitian hasil peramalan tinggi
dan sebaliknya. Besar kesalahan suatu peramalan saat dihitung dengan bebearapa
cara, antara lain :
a.
Mean Square Error (MSE)
Metode MSE memperkuat pengaruh angka-angka kesalahan, tetapi
memperkecil angka kesalahan perkiraan yang lebih kecil dari satu unit.
Rumus menghitung MSE
MSE =
|
Keterangan :
Y = data aktual
periode t
Yt = nilai ramalan periode t
n = banyaknya periode
b.
Keterangan :
f = derajat kebebasan
n = banyaknya periode
Y = data aktual
periode t
Yt = nilai ramalan periode t
c.
Percentage Error (Pet)
Pet =(
|
Keterangan :
Y = data aktual periode
t
Yt = nilai ramalan periode t
Nilai PEt, positif atau negatif
d.
Mean Absolute
Percentage Error (MAPE)
MAPE =
|
Keterangan :
Pet = percentage error
n = banyaknya
periode
2.5 Perhitungan Nilai Q
Masalah persediaan merupakan hal
yang penting dalam logistik. Karena persediaan sendiri menunjukan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi permintaan. Secara umum ada dua macam sisitem
persediaan yang biasa dipakai yang satu sama lain bervariasi, yaitu:
1.
Sistem pemesanan ukuran tetap (fixed order size inventory system) atau sering disebut “Q system”.
2.
Sistem pemesanan interval tetap (fixed order interval inventory system) atau sering disebut “P system”.
Adapun ciri-ciri Q system
adalah sebagai berikut:
a.
Jumlah bahan yang dipesan adalah selalu sama untuk setiap
kali pemesanan yaitu sebesar lot ekonomis.
b.
Selang waktu pemesanan tidak tetap, bervariasi sesuai
fluktuasi pemakaian bahan.
c.
Pemesanan dilakukan kembali apabila jumlah persediaan telah
mencapai titik pemesanan kembali (reorder
point)
d.
Titik pemesanann kembali besarnya sama dengan perkiraan
pemakaian selama lead time ditambah
dengan safety stock.
Adapun
ciri-ciri P system adalah sebagai
berikut:
a.
Jumlah bahan yang dipesan tidak tetap, tetapi tergantung pada
jumlah persediaan yang ada pada pemesanan dilakukan.
b.
Selang waktu persediaan adalah tetap untuk setiap kali
pemesanan dilakukan.
c.
Model P tidak mempunyai titik pemesanan kembali, tetapi lebih
menekankan pada target persediaan.
d.
Model P tidak mempunyai nilai EOQ karena jumah pemesanan akan
bervariasi tergantung permintaan yang sesuai dengan target persediaan.
Pada tugas akhir ini, digunajkan
sistem opersediaan “Q system” untuk
memecahkan persoalan persediaan. Masalah pokok pengendalian inventory dengan menggunakan metode Q
adalah penentuan jumlah pemesanan optimal dengan biaya minimum dan masalah
titik pemesanan kemabali atau reorder
point (ROP). Penentuan titik pemesanan kembali mencakup penentuan
persediaan pengamanan (safety stock)
dan kebutuhan selama lead time.
Keadaan yang dihadapi adalah permintaan terhadap suatu item bersifat kontinu
dengan tungkat yang seragam dengan lead
time (tenggang waktu) tetap, perhitungan EOQ biasa tidak dapat
menyelesaikan masalah tersebut sehingga dibutuhkan perhitungan metode Q sesuai
kondisi tersebut. Mencari harga Q optimal (Q*), yaitu:
a.
Tanpa koordinasi antar Supply
Chain
Keterangan:
Q* =
Jumlah pemesanan optimum
C˳ = Ongkos pemesanan (Rp/pemesanan)
D = Jumlah permintaan tiap periode (pcs)
h =
Ongkos simpanan
b.
Dengan koordinasi antar Supply
Chain
Keterangan:
Q* = Jumlah pemesanan optimum bagi perusahaan dan
retailer
Cper = Ongkos/biaya tetap yang dikeluarkan perusahaan setia memenuhi pesanan
pembeli
Cret = Ongkos/biaya pesan yang dikeluarkan retailer
D = Jumlah
permintaan (unit/tahun)
hper = Ongkos simpanan yang dikeluarkan perusahaan
hret = Ongkos simpanan yang dikeluakan retailer
2.6 Reorder Point
ROP = d x 1 + SS
|
Keterangan:
d =
Permintaan rata-rata per periode
l = lead time
SS = Safety stock
2.7 Safety Stock
Persediaan pengaman atau safety stock berfungsi untuk melindungu
kesalahan dalam memprediksi permintaan selama lead time. Nilai sesungguhnya bisa lebih kecil atau lebih besar
rata-rta permintaan tersebut. Besarnya safety
stock (SS) secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut:
SS = Z x sdl
|
Keterangan:
Sdl = Standar deviasi permintaan
selama lead time
Z = Nilai dibawah kurva normal yang ditentukan
oleh service level
Nilai Sdl bisa dicari dengan
mengumpulkan langsung data permintaan selama lead time unuk satu periode yang cukup panjang atau diperoleh
dengan terlebih dahulu mendapatkan data rata-rata dan standar deviasi dari dua
komponen penyusunnya, yaitu permintaan per periode dan lead time. Dengan mempertimbangkan empat kondisi, masa sdl dapat dihitung dengan
rumus:
1.
Safety stock ditentukan oleh
ketidakpastian permintaan
Sdl = Sd x
|
2.
Sdl =
|
3.
Tidak diperlukan safety
stock situasi deterministik
Sdl = 0
|
4.
Safety stock ditentukan oleh
ketidakpastian lead time
Sdl = d x
|
Keterangan:
Sdl = Standar deviasi
permintaan selama lead time
Sd = Standar deviasi permintaan
Sl = Standar deviasi lead
time
d = Permintaan rata-rata l = Lead
time
2.8 Kerangka Pemikiran
Aitken dalam
Ballou (2004:6) Channel Distribution adalah jaringan dari
organisasi-organisasi yang saling berhubungan dan saling membutuhkan satu sama
lain dan mereka bekerjasama untuk mengatur, mengawasi dan meningkatkan arus
komoditi dan informasi semenjak dari tititk supplier hingga ke end
user. Setiap
perusahaan, baik jasa maupun manufaktur, selalu memerlukan persediaan, tanpa
persediaan perusahaan akan dihadapkan pada risiko jika suatu ketika tidak dapat
memenuhi keinginan pelanggan. Hal ini bisa terjadi karena tidak selamanya barang
dan jasa selalu tersedia setiap saat dan jika hal ini terjadi maka
perusahaan akan kehilangan kesempatan
untuk memperoleh keuntungan. Dengan menggunakan konsep Channel Distribution diharapkan mampu mengatasi persediaan barang. Kerangka pemikiran ini dapat dilihat pada Gambar
2.7 sebagai berikut:
Data Persediaan Produk
|
Pemilihan Data Persediaan dengan
Metode Channel Distribution
|
Analisis Metode Peramalan
|
Analisis Kebijakan Perusahaan
|
Output Metode Peramalan
|
Output Kebijakan Perusahaan
|
Perbandingan Kebijakan dan Peramalan
|
Jumlah Peramalan yang Ideal
|
Analisis EOQ antar Channnel Distribution
|
Analisis Persediaan Kebijakan
Perusahaan
|
Output EOQ antar
Channel Distribution
|
Output Persediaan Kebijakan Perusahaan
|
X
|
X
|
X
|
X
|
Perbandingan Kebijakan dan EOQ
antar Channel Distribution
|
EOQ Yang
Optimal
|
Gambar 2.7 Kerangka Pikir Penelitian
(Sumber:
Pengolahan Sendiri dari Beberapa Sumber)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan pada gudang PT. Indostationery Ritel Utama yang beralamat di Jalan Agung Karya IV Sunter Jakarta Utara.
3.2 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis
penelitian kasus dimana penelitian dilakukan menggunakan data yang dikumpulkan
melalui wawancara, observasi, dan dokumen. Objek penelitian dalam judul ini
secara keseluruhan berkaitan dengan peramalan stok barang dan persediaan barang
pada PT. Indostationery Ritel Utama.
Jenis penelitian dalam analisis ini
menggunakan data sekunder yang datanya diperoleh langsung dari perusahaan.
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel yaitu pemakaian bahan sesungguhnya,
peramalan persediaan bahan baku, melakukan perhitungan statistik, mencari Economic Order Quantity (EOQ) masing-masing retailer, menghitung safety
stock, menghitung reorder point dan
menghitung total cost.
3.3 Data dan Sumber Data
Sumber data secara keseluruhan
diperoleh dari dalam institusi yang menjadi tempat penelitian. Data yang
sifatnya kualitatif diperoleh dari berkas-berkas atau dokumen dari bagian
gudang dan bagian pembelian. Sedangkan
data yang bersifat kuantitatif diperoleh dari wawancara dan pengamatan
langsung diperusahaan.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk menghimpun data yang
dibutuhkan, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1.
Data Primer
a.
Teknik interview/wawancara,
yaitu teknik mendapatkan data dengan mengadakan wawancara langsung dengan
karyawan perusahaan yang kompeten atau lebih mengetahui secara mendalam tentang
apa yang diangkat dalam penelitian ini. Dari teknik ini diharapkan dapat
memperoleh data tentang gambaran umum perusahaan, bahan baku yang digunakan
dalam perusahaan, dan data lain yang berhubungan dengan penelitian ini.
b.
Observasi, yaitu salah satu pengambilan data
yang dilaksanakan dengan cara melakukan pencatatan data secara sistematik
terhadap suatu obyek pengamatan.
2.
Data Sekunder
Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data yang
penyelidikannya ditujukan pada penguraian dan penjelesan melalui sumber-sumber
berkas atau dokumen. Dari teknik ini diharapkan memperoleh data tentang jumlah
pemakaian bahan baku, biaya persediaan bahan baku, pemakaian jenis bahan baku,
waktu tunggu, persediaan pengamanan, dan pembelian bahan baku kembali.
3.5 Definisi Operasional Variabel
Produk
atau jasa yang kita gunakan adalah hasil dari serangkaian proses panjang yang
melewati beberapa tahapan fisik maupun non fisik. Sebuah produk akan sampai ke
tangan akhir setelah setidaknya melalui beberapa proses dari pencarian bahan
baku, proses produksi dan proses distribusi atau transportasi. Proses-proses
ini melibatkan berbagai pihak yang berhubungan antara satu dengan yang lainnya.
Penyedia bahan baku (pemasok) mensuplai kebutuhan produksi para perusahaan
manufaktur yang akan mengelola bahan baku tersebut menjadi produk jadi. Produk
jadi disampaikan ke pemakai akhir lewat pusat-pusat distribusi, retailer, pedagang kecil dan sebagainya.
Rangkaian pihak-pihak yang menangani aliran produk inilah yang dinamakan dengan
istilah Channel Distribution.
Sebuah
industri manufaktur bisa memiliki ratusan bahkan ribuan pemasok. Produk-produk
yang dihasilkan oleh sebuah industri mungkin didistribusikan oleh beberapa
pusat distribusi yang melayani ratusan bahkan ribuan wholesaler dan retailer,
pedagang kecil dan sebagainya. Setiap channel
dalam Channel Distribusi akan memiliki aktivitas-aktivitas yang
saling mendukung. Secara keseluruhan aktivitas-aktivitas tersebut meliputi
perancangan produk, peramalan kebutuhan, pengadaan material, produksi,
pengendalian persediaan, distribusi, penyimpanan, dukungan pelayanan kepada
pelanggan, proses pembayaran dan sebagainya.
3.6 Metode Analisis
Data
Tahap analisis data merupakan tahap yang sangat mempengaruhi berhasil
tidaknya penelitian ini, karena kesalahan dalam tahap ini akan menyebabkan
kesalahan dalam tahap-tahap berikutnya. Tahap analisis adalah satu kegiatan
untuk menentukan klasifikasi data, analisis data dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1.
Mengumpulkan data yang berfungsi
untuk memperoleh data yang diperlukan.
2.
Mengklasifikasikan atau
mengelompokkan data sesuai dengan jenis dan fungsinya.
3.
Melakukan analisis data primer dan
data sekunder.
Metode analisis data yang dipakai dalam menganalisis data yang telah
dirumuskan diatas dengan menggunakan Fungsi Peramalan Linier dan Eksponensial
serta Economic Order Quantity (EOQ)
yang merupakan suatu model yang menyangkut pengadaan atau persediaan bahan baku
pada suatu perusahaan.
3.6.1 Fungsi peramalan
Peramalan dilakukan melalui beberapa
tahap, yaitu :
1.
Definisikan tujuan peramalan
2.
Pembuatan digaram pencar
3.
Pilih minimal 2 metode peramalan yang
dianggap sesuai
4.
Menghitung parameter-parameter
fungsi peramalan
5.
Menghitung kesalahan tiap metode
peramalan
6.
Pemilihan metode terbaik dan
verifikasi peramalan
3.6.2 Melakukan Perhitungan Statistik
Data yang terkumpul diolah dengan
menggunakan konsep Channel Distibution.
Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1.
Keterangan :
Fáµ¢ = Frekuensi pemesanan
Xáµ¢ = Jumlah pemesanan
2.
Keterangan :
n = Total frekuensi permintaan
Xáµ¢ = Jumlah pemesanan
3.6.3 Mencari Economic
Order Quantity (EOQ) untuk masing-masing retailer, safety stock dan
mencari reorder point.
a.
Keterangan :
Q* = Jumlah pemesanan
optimum
Câ‚’ = Ongkos pemesanan (Rp/pemesanan)
D = Jumlah permintaan tiap periode (kg)
h = Ongkos simpanan
b.
Keterangan:
Q* =
Jumlah pemesanan optimum bagi perusahaan dan retailer
Cper = Ongkos/biaya tetap yang dikeluarkan perusahaan setia memenuhi pesanan
pembeli
Cret = Ongkos/biaya pesan yang
dikeluarkan retailer
D = Jumlah permintaan (unit/tahun)
hper = Ongkos simpanan yang
dikeluarkan perusahaan
hret = Ongkos simpanan yang dikeluakan retailer
3.6.4 Menghitung Safety
Stock
SS = Z x sdl
|
Keterangan:
Sdl = Standar
deviasi permintaan selama lead time
Z = Nilai
dibawah kurva normal yang ditentukan oleh service
level
ROP = d x 1 + SS
|
Keterangan:
d = Permintaan rata-rata per periode
1 = lead time
SS = Safety stock
3.6.6 Menghitung Total Cost
Total
Cost dihitung dengan rumus sebagai berikut :
+ (Q/2) h
|
Keterangan :
D = permintaan per tahun
Q = ukuran pemesanan
Câ‚’ = ongkos pesan
h = ongkos simpan
3.7 Flowchart Penelitian
Menurut James A. Hall yang
diterjemahkan oleh Amir Abadi Yusuf dalam buku yang berjudul Sistem Informasi
Akuntansi menyatakan definisi Flowchart
bahwa: “Flowchart adalah representasi
grafik dari sebuah sistem yang menjelaskan relasi fisik diantara entitas-entitas
kuncinya”.
Menurut Krismiaji dalam buku yang
berjudul Sistem Informasi Akuntansi mengatakan definisi Flowchart bahwa: “Bagian alir (Flowchart)
merupakan teknik analitas yang digunakan untuk menjelaskan aspek-aspek sistem
informasi secara jelas, tepat dan logis.
Jadi kesimpulannya, Flowchart atau diagram alir merupakan
sebuah diagram dengan simbol-simbol grafis yang menyatakan aliran algoritma
atau proses yang menampilkan langkah-langkah yang disimbolkan dalam bentuk
kotak, beserta urutannya dengan menghubungkan masing-masing langkah tersebut
menggunakan tanda panah. Berikut ini beberapa petunjuk yang harus diperhatikan,
seperti:
1.
Flowchart
digambarkan dari halaman atas ke bawah dan dari kiri ke kanan.
2.
Aktivitas yang digunakan harus didefinisikan
secara hati-hati dan definisi ini harus dapat dimengerti oleh pembacanya.
3.
Kapan aktivitas dimulai dan berakhir harus
ditentukan secara jelas.
4.
Setiap langkah dari aktivitas harus
diuraikan dengan menggunakan deskripsi kata.
5.
Setiap langkah dari aktivitas harus berada
pada urutan yang benar.
6.
Lingkup dan range dari aktivitas yang sedang digambarkan harus ditelusuri
dengan hati-hati.
7.
Menggunakan simbol-simbol flowchart yang standar.
Adapun flowchart penelitian ini
ditunjukan pada Gambar 3.1 berikut
ini:
Kesimpulan
|
Perbandingan
Hasil Peramalan antara Kebijakan Perusahan dan
Metode EOQ dengan Koordinasi antar Channel Distribution
|
Kesimpulan
|
Selesai
|
Mulai
|
Studi Lapangan
|
Studi Pustaka
|
Perumusan
Masalah
|
Pengumpulan
Data
|
Data Sekunder
|
Data Primer
|
Pengolahan Data
|
Perhitungan Jumlah Permintaan Odner
|
Perhitungan dengan
Kebijakan Perusahaan
|
Menghitung Parameter Fungsi
Peramalan
|
Menghitung SEE Fungsi Peramalan
|
Menghitung EOQ
pada Retail
|
Menghitung
Total Cost
|
Perencanaan Kebutuhan Persediaan PT. ISRU
|
Perbandingan
Kebutuhan Persediaan Kebijakan
Perusahaan dan Menggunakan Metode EOQ dengan Koordinasi antar Channel Distribution
|
Analisis Data
Metode Channel Distribution
|
Pemilihan Data
Persediaan dengan Metode Channel
Distribution
|
Gambar 3.1 Flowchart Penelitian
(Sumber:
Pengolahan Sendiri dari Beberapa Sumber)
Ballou,
Ronald H, 2004, Business Logistics/Suply
Chain Management, Ne Jersey: Prentice
Hall
Chopra, Sunil,
Meindl, Peter, 2001, Supply Chain
Management Theory and Implementation, Mc Graw Hill: New York
Eko, Richard Indrajait, 2002, Supply Chain Startegi Mengelola Manajemen
Rantai Pasok Bagi Perusahaan Modern Indonesia, Grasindo: Jakarta
Gaspersz,
Vincent, 2004, Production Planning and
Inventory Control, Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
Hakim,
Armand, Yudha Setiawan. 1991, Perencanaan
dan Pengendalian Produksi, Graha Ilmu: Yogyakarta
Herjanto,
Eddy, 1997, Manajemen Produksi dan
Operasi, Gramedia, Jakarta
Indrajid,
Ricahrdus E, Djokopranoto, 2003, Manajemen
Persediaan, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta
Pujawan,
I Nyoman dan Mahendrawathi ER, 2010,Supply
Chain Management, Edisi Kedua,
Guna Widya: Surabaya
Rangkuti,
Freddy, 1998, Manjemen Persediaan
Aplikasi di Bidang Bisnis, edisi ketiga, BPFE: Yogyakarta
Sinulingga, Sukaria, 2008, Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Graha Ilmu: Yogyakarta
Zabidin,
Yasrin, 2001, Suply Chain Manajemen
Teknik Terbaru dalam Mengelola Aliran Material/Produk ddan Informasi dalam
Memenangkan Persaingan, Edisi Februari 2001, Artikel Usahawan: Jakarta
Posting Komentar untuk "Skripsi Teknik Industri ANALISIS LOGISTIK DENGAN MENGGUNAKAN KONSEP CHANNEL DISTRIBUTION "