Skripsi Teknik Mesin Analisa Sistem Pemipaan Selang Spiral Alat Uji Pompa Sentrifugal Seri Dengan Variabel Panjang Selang
ANALISA
SISTEM PEMIPAAN SELANG SPIRAL ALAT UJI POMPA SENTRIFUGAL SERI DENGAN VARIABEL
PANJANG SELANG
Skripsi
Pompa merupakan pesawat angkut yang
bertujuan untuk memindahkan zat cair melalui saluran tertutup. Pompa
menghasilkan suatu tekanan yang sifatnya hanya mengalir dari suatu tempat ke
tempat yang bertekanan lebih rendah. Atas dasar kenyataan tersebut maka pompa harus mampu membangkitkan tekanan
fluida sehingga dapat mengalir atau berpindah. Untuk mengalirkan atau
memindahkan fluida tersebut maka diperlukan pipa.
Pipa adalah istilah untuk benda silinder
yang berlubang dan digunakan untuk memindahkan zat hasil pemrosesan seperti
cairan, gas, uap, zat padat yang dicairkan maupun serbuk halus. Material yang
digunakansebagai pipa sangat banyak diantaranya adalah beton cor, gelas,
timbal, kuningan, tembaga, palstik, alumunium, besi tuang, baja karbon, dan
baja paduan.
Oleh karena itu penulis mengambil judul
“Analisa Sistem Pemipaan Alat Uji Pompa Sentrifugal Tunggal Dengan Variabel
Panjang Pipa Dan Inverter Shihlin SS2”.
Pada penulisan tugas akhir ini akan dibahas mengenai analisa sistem
pemipaan pada pompa sentrifugal tunggal. Oleh karena itu, dalam pembuatan alat
pengujian berpegangan pada pembatasan masalah berikut:
1.
Pompa yang
dipilih adalah pompa sentrifugal.
2.
Variasi sistem
pemipaan yang akan diuji pada pengujian ini adalah sistem pemipaan dengan
variabel panjang pipa 4 meter, 8 meter, dan 12 meter.
Maksud dari tugas akhir ini adalah merupakan bagian penelitian dan
pengembangan / modifikasi peralatan alat pengujian di Laboratorium Pengujian
Mesin Program Studi Strata Satu (S1) Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Pamulang. Dengan adanya modifikasi alat ini diharapkan mahasiswa lebih mudah
memahami karakteristik pompa, khususnya untuk pompa sentrifugal, terutama untuk
susunan tunggal.
Tujuan
dari pembuatan alat ini adalah:
a.
Menentukan head
losses mayor pipa 4 meter, 8 meter, dan 12 meter.
b.
Menentukan head
losses minor pipa 4 meter, 8 meter, dan 12 meter.
Dari
analisa pengujian penulis dapat menambah pengetahuan akademik tentang analisa
sistem pemipaan alat uji pompa sentrifugal dengan mengetahui head losses mayor
dan head losses minor pada pipa 4 meter, 8 meter, dan 12 meter.
Agar dapat memudahkan pemahaman terhadap penulisan skripsi tugas
akhir ini, metode-metode penulisannya sebagai berikut:
1.
Pengamatan
Yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap sistem pemipaan pompa
sentrifugal, guna mendapatkan data yang lebih akurat.
2.
Diskusi
Yaitu mengadakan diskusi dengan pihak-pihak Laboratorium Fenomena
Dasar Mesin Fakultas Teknik Universitas Pamulang dan dengan dosen pembimbing
serta dosen-dosen yang mempunyai pengalaman luas tentang tema proposal skripsi
ini.
3.
Studi Pustaka
Metode ini dilakukan dalam upaya mempelajari atau memperkuat teori
tentang sistem pemipaan pompa sentrifugal dengan memfokuskan pada susunan pompa
sentrifugal tunggal.
Dalam penulisan skripsi ini dibagi dalam beberapa bab antara lain
sebagai berikut:
BAB
I PENDAHULUAN
Dalam
bab ini diterangkan mengenai latar belakang penganalisaan, maksud dari tujuan,
batasan-batasan yang diambil, metode penulisan, sitematika penulisan.
BAB
II LANDASAN TEORI
Dalam
bab ini dijelaskan tentang pengertian dasar tentang sistem pemipaan, pompa
sentrifugal dan aliran fluida serta penulisan rumus-rumus yang ada kaitannya
dengan sistem pemipaan alat uji pompa sentrifugal
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini
dijelaskan tentang pengambilan dan pengolahan data dengan menggunakan alat-alat
analisis yang ada. Menjelaskan langkah perancangan alat, detail sistematik dan
teknik pengujian.
BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini
dijelaskan mengenai data dan perhitungan. Menjelaskan grafik-grafik dari data
yang diperoleh dalam pengujian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini
akan disimpulkan hasil dari pembahasan dan menjelaskan juga saran-saran agar
pengujian lebih akurat.
BAB II
DASAR TEORI
Pipa adalah istilah untuk benda silinder yang berlubang dan
digunakan untuk memindahkan zat hasil pemrosesan seperti cairan, gas, uap, zat
padatyang dicairkan maupun serbuk halus. Material yang digunakan sebagai pipa
sangat banyak diantaranya: beton cor, gelas, timbal, kuningan (brass), tembaga,
plastic, alumunium, besi tuang, baja karbon, dan baja paduan. Pemilihan
material pipa akan sangat membingungkan sehingga perlu pemahaman mendalam untuk
apa saluran / sistem pipa itu dibuat, mengingat setiap material memiliki
keterbatasan dalam setiap aplikasinya.
Jenis pipa yang umum digunakan pada pekerjaan pipa, baik didalam bangunan maupun di luar bangunan adalah:
a.
Pipa Galvanis
Pipa galvanis adalah pipa besi lunak yang dilapisi dengan timah, pipa galvanis diproduksi dengan berbagai
ukuran maupun ketebalan dindingnya, disesuaikan dengan kegunaannya ukuran
panjang standar adalah 6 m.
b.
Pipa Besi Tuang
Pipa besi tuang dalam pekerjaan sistem saluran dan pembuangan
digunakan untuk instalasi air bersih dan air kotor, pipa ini diproduksi dengan Ø2” – 15” dengan panjang 3 – 6 m.
c.
Pipa Tembaga
Pipa
tembaga dalam pekerjaan sistem saluran dan pembuangan dipakai untuk instalasi
air bersih, terutama untuk instalasi air panas karena tembaga merupakan bahan
pengantar panas yang baik, ringan, mudah disambung, tahan terhadap karat.
Ada berbagai faktor yang mempengaruhi hilangnya energi di dalam
pipa, jenis-jenis sambungan ikut mempengaruhi hilangnya energi pada pipa.
Dengan adanya sambungan dapat menghambat aliran normal dan menyebabkan gesekan
tambahan. Pada pipa yang pendek dan mempunyai banyak sambungan, fluida yang
mengalir di dalamnya akan mengalami banyak kehilangan energi.
Dalam sistem pipa salah satu konstruksinya adalah menggunakan
sambungan yang berfungsi untuk membelokkan arah aliran fluida ke suatu tempat
tertentu. Salah satu efek yang muncul pada aliran ketika melewati suatu sambungan
yang berkaitan dengan pola aliran adalah adanya ketidakstabilan aliran atau
fluktuasi aliran. Fluktuasi aliran yang terjaditerus menerus pada belokan pipa
akan memberikan beban impak secara acak yang berlangsung terus menerus bisa
menyebabkan getaran pada pipa.
Pada sambungan pipa bekerja gaya uang disebabkan oleh aliran zat
cair yang berbelok, disamping berat pipa dan isinya.
Penyambungan
tersebut dapat dilakukan dengan :
1.
Pengelasan
Jenis pengelasan yang dilakukan adalah tergantung pada jenis pipa
dan penggunaannya, misalnya pengelasan untuk bahan stainless steel menggunakan
las busur gas wolfram dan untuk pipa baja karbon digunakan las metal.
2.
Ulir (threaded)
Penyambungan ini digunakan pada pipa yang bertekanan tidak terlalu
tinggi. Kebocoran pada sambungan ini dapat dicegah dengan menggunakan gasket
tape pipe. Umumnya pipa dengan sambungan ulir digunakan pada pipa 2 inchi ke
bawah.
3.
Menggunakan
Flens (flange)
Kedua
ujung pipa yang akan disambung dipasang flens kemudian diikat dengan baut.
Sistem pemipaan adalah suatu sistem yang banyak digunakan untuk
memindahkan fluida, baik cair, gas, maupun campurancair dan gas dari suatu
tempat ke tempat yang lain.
Prinsip-prinsip aturan dasar yang menyangkut massa, momentum dan
energi telah dikembangkan dan diterapkan dengan menggunakan asumsi-asumsi yang
agak kasar pada banyak situasi aliran.
Perpindahan fluida (cairan atau gas) di dalam sebuah saluran
tertutup (biasanya disebut sebuah pipa jika penampangnya bundar atau saluran
duct jika bukan) sangat penting di dalam kehidupan sehari-hari. Perhatikan
sejenak pada keadaandi sekeliling kita akan menunjukkan bahwa terdapat banyak
variasi penerapan dari aliran pipa. Penerapan-penerapan tersebut mencakup mulai
dari jalur pipa besar sampai ke sistem pipa alamiah yang lebih kompleks.
Beberapa komponen dasar yang khas dari suatu sistem pipa
ditunjukkan dengan gambar di bawah ini.
Gambar 2.1
Komponen sistem pipa
Komponen-komponen ini meliputi pipa-pipa itu sendiri(mungkin dengan
lebih dari satu diameter), berbagai sambungan (fitting) yang digunakan untuk
menyambung masing-masing pipa gunamembentuk sistem yang diinginkan, peralatan
pengatur laju aliran (katup-katup) dari pompa-pompa atau turbin-turbin yang
menambahkan energi atau mengambil energi dari fluida. Bahkan sistem pipa yang
paling sederhana sekalipun sesungguhnya merupakan sistem yang sangat rumit
apabila dilihat dari pertimbangan analitis yang menyeluruh. Kita akan
menggunakan suatu analisis eksak dari acto-topik aliran pipa yang paling
sederhana (misalnya aliran laminar di dalam pipa-pipa yang panjang, lurus dan
berdiameter konstan) serta pertimbangan analisis dimensional yang
dikombinasikan dengan hasil-hasil eksperimental untuk acto-topik aliran pipa
lainnya. Pendekatan seperti itu bukanlah hal yang tidak lazim dalam
penelitian-penelitian mekanika fluida. Apabila efek-efek dunia nyata penting
untuk dipertimbangkan (misalnya efek viskos di dalam aliran pipa), sering kali
menjadi sulit atau mustahil bila hanya menggunakan metode-metode teoritis untuk
memperoleh hasil yang diinginkan. Suatu kombinasi penuh perhitungan uang
dilakukan antara data eksperimental dengan pertimbangan teoritis dan analitis
dimensional biasanya memberikan hasil-hasil yang kita inginkan.
Pemipaan untuk pompa dapat kita klasifikasikan dengan mudah menjadi
tiga kategori besar, yaitu jaringan hisap, jaringan buang, dan jaringan bantu.
a.
Pemipaan Sisi
Hisap
Dari segi kepentingannya, pemipaan sisi hisap agaknya sedikit lebih
penting kalau dibandingkan dengan pemipaan sisi buang karena lebih sedikit
kesukaran yang serius dapat terjadi akibat jaringan pipa buang yang ukurannya
tidak tepat dibandingkan dengan pipa-pipa hisap. NPSH (Net Positive Suction
Head) yang tidak cukup, ketidak stabilan hidrolik dengan pembentukan
pusaran (vortex) yang cenderung untuk menimbulkan getaran, kebisingan,
kavitasi, dan keausan bantalan yang berlebihan merupakan sebagian dari
gangguan-gangguan yang dialami dengan pemipaan sisi hisap yang tidak didesain
dengan baik. Yang lainnya antara lain kapasitas yang berkurang, palu air (water
hammer), pemanasan lebih (overheating) pompa, dan umur bagian yang
beroperasi yang lebih singkat.
Sisi
masuk pipa hisap. Gambar
2.2 menunjukkan tiga bentuk umum
sisi-masuk (inlet) yang dipakai untuk pompa industri. Pipa sederhana
(Gambar 2.2 a) sesuai hanya untuk instalasi sementara
Gambar 2.2 Pipa sisi
masuk pompa. (a) sementara, (b) Saringan dengan
katup
kaki yang terpadu, (c) lonceng atau cerobong (funnel).
karena
kerugian jalan masuk yang agaknya berlebihan. Saringan dengan katup kaki yang
terpadu (Gambar 2.2 b dan 2.3) lebih disukai karena lebih sedikit bahaya akan
masuknya benda asing ke dalam pipa pemasukan (intake piping). Juga, air
yang ditahan tetap berada di dalam pipa hisap oleh katup kaki akan meniadakan
perlunya pemancingan pompa sesudah menghentikan operasinya. Sisi hisap yang
berbentuk lonceng (Gambar 2.2 c) dapat dibuat dengan atau tanpa katup kaki dan
berguna bila kita menginginkan kerugian hisap yang harus dijaga agar tetap
minimum. Praktek yang baik memaksakan pemakaian pemasukan yang berbentuk
lonceng dengan katup kaki dan saringan bila memungkinkan pada instalasi
kebanyakan pompa torak dan sentrifugal yang permanen.
Gambar 2.3 (a) katup kaki
dan saringan yang dirakit. (b) katup terbongkar, (c) Saringan dengan dua katup
kaki, (d) Saringan dengan katup popet tunggal.
Untuk instalasi pompa tunggal, lebar saluran tidak begitu penting
bila lebar saluran tersebut sama dengan atau lebih besar dari 2G, dan pompa
berada di tengah-tengah saluran. Akan tetapi biasanya, karena ruangan yang
terbatas dan saluran yang terlalu lebar cenderung untuk menyebabkan terjadinya
aliran-aliran sekunder, jarak lebar saluran ini dibuat melebihi 2G. Bila ini
dilakukan, haruslah hati-hati.
Panjang saluran yang dipilih harus menghasilkan distribusi air yang
merata persis di depan pompa . Sebagai bandingannya, bidang 3G/4 di depan garis
sumbu pompa dapat dipakai. Aliran melalui bidang ini harus tegak lurus
terhadapnya dan tanpa ketidak-beraturan (irregularilities). Panjang
saluran sebesar 2,5 sampai 3 kali lebar di hulu bidang tersebut biasanya akan
meniadakan kekacauan. Ini akan menjadikan panjang saluran keseluruhan kira-kira
7G.
Bila beberapa buah pompa berada dalam satu tempat, instalasi
sejumlah unit pada satu saluran yang panjang haruslah dihindarkan, bila
memungkinkan. Ini karena bahaya yang terjadi akan salin interferensi (mutual
interference). Akan tetapi, bila anda menggunakan saluran yang panjang,
usahakanlah agar kecepatan aliran sama dengan kecepatan aliran untuk instalasi
satu pompa. Pencegahan perlu dilakukan untuk meniadakan kekacauan dalam aliran
begitu cairan melewati satu pompa ke pompa berikutnya. Lebar saluran pada
masing-masing pompa sedikitnya harus sama dengan :
W/G
= 1 + (4G + GN)/3H………………………….…………………..(2)
Dengan:
W =
lebar saluran
G =
diameter lonceng hisap
H =
kedalaman air
N =
jumlah pompa yang di hilirnya
Ukuran-ukuran
yang dipakai pada persamaan ini haruslah dengan satuan yang konsisten. Jarak
antara pompa juga harus cukup lebar untuk dapat menstabilkan dan
mendistribusikan kembali aliran tadi pada saat aliran itu melewati salah satu
pompa. Jarak sebesar 2,5 sampai 3 kali lebar saluran antara bidang banding
agaknya sudah cukup.
b.
Pemipaan Sisi
Buang
Dari segi pompa, actor yang terpenting pada pendesainan pemipaan
sisi buang adalah ukuran pipa, kecepatan cairan, panjang pipa, jumlah dan jenis
piting (fitting), dan sifat bagan susun pemipaan.
Gambar 2.4 Bagan untuk
menentukan diameter-diameter pipa yang ekonomis.
Gambar 2.4 dapat dipakai untuk menentukan diameter yang paling
ekonomis untuk pipa dalam sistem pemompaan apabila laju cairan dan densitasnya
diketahui, dan terjadi aliran yang turbulen. Waktu memakai bagan ini lebih
ekonomis untuk memilih diameter standar di atas diameter yang sudah ditentukan
dari bagan ini karena ukuran-ukuran standar lebih murah dan lebih mudah
diperoleh dibandingkan dengan ukuran-ukuran khusus. Namun, suatu yang berharga
untuk diingat bahwa dalam beberapa kondisi pemompaan, ukuran pipa, dan
faktor-faktor ekonomis lainnya yang secara bersama-sama menjadikan diameter
khusus lebih disukai.
Gambar 2.5 Kecepatan
cairan yang disarankan untuk jaringan hisap dan buang pompa.
Kecepatan
cairan yang diperbolehkan dapat diperoleh dari gambar 2.5. Apabila ukuran pipa
aktual telah diketahui, kecepatan aliran tersebut haruslah tidak melebihi harga
yang diberikan pada Gambar 2.5.
Panjang pemipaan. Untuk mengurangi tinggi-tekan gesekan pada
sisi buang pompa, jaringan antara pompa dan peralatan yang dilayani haruslah
dibuat sependek mungkin. Setiap upaya yang mungkin harus dilakukan untuk
membuat jumlah katup, pitting, dan belokan seminimum mungkin yang diperlukan
untuk instalasi tersebut. Lengkungan atau belokan, bila dipakai, harus yang
berjari-jari panjang, untuk membuat kerugian gesekan seminimum mungkin.
Ada beberapa instalasi (Gambar 2.6) yang pipa buangnya dapat
disusun dengan panjang yang minimum dengan belokan-belokan yang mudah dan tanpa
piting, tetapi instalasi yang demikian ini jarang. Instalasi lainnya (Gambar
2.7) hanya membutuhkan katup yang minimum guna mendapatkan instalasi yang
pendek. Untuk menjamin tinggi-tekan operasi yang minimum, pompa yang disusun
seperti pada Gambar 2.6 harus diberi
pemipaan sedemikian rupa sehingga sisi keluar pipa buang dibenamkan seluruhnya
dipermukaan air tertinggi pada sisi buang untuk mencegah terjadinya aksi sifon dan
mencegah terjadinya aliran balik bila operasi pompa dihentikan.
Gambar 2.6 Pompa vertikal
dengan pipa buang jenis sifon yang pendek. (Worthington Corp).
Gambar 2.7 Pompa vertikal
dengan jaringan sisi buang yang pendek dan jumlah katup yang minimum (Worthington
Corp).
c.
Pemipaan
Pembantu
Banyak pompa membutuhkan pemipaan pembantu untuk beberapa kebutuhan
dari penguras yang sederhana untuk pelat dasar sampai ke jaringan minyak, air
dan penafasan untuk pelumasan, pendinginan, dan pengurangan kebocoran glan.
Pemipaan ini dapat atau juga dapat tidak disediakan oleh produsen pompa,
tergantung pada kontrak pembelian pompa tersebut.
Gambar 2.8 Penghubung A
dan B yang terbuat dari karet sintetis mengisolir kebisingan pompa. (Worthington
Corp).
Gambar 2.9 Empat pompa air
pendingin dan pemipaan yang menghubungkannya (Fairbanks, Morse Pump
Division, Colt Industries).
Secara umum, ada tiga kelas pompa yang banyak digunakan di
lapangan, yaitu: sentrifugal, rotari (rotary) dan torak (reciprocating).
Istilah ini hanya berlaku pada mekanisme fluidanya, bukan pada desain pompa itu
sendiri. Selanjutnya dari kelas tersebut masing-masing dapat dibedakan
berdasarkan jenisnya. Misalnya jenis ikat, diffuser, ataupun aliran propeler
untuk kelas sentrifugal. Jenis roda gigi, skrup, cam, baling-baling untuk kelas
rotari. Jenis diafragma, piston untuk kelas torak.
Jenis yang umum adalah sentrifugal
jenis rumah keong. Pada jenis ini, impeller membuang cairan ke dalam rumah
spiral yang secara berangsur-angsur berkembang. Jenis ini, dibuat sedemikian
rupa untuk mengurangi kecepatan aliran fluida dan mengubahnya menjadi tekanan
statis. Rumah keong akan menyeimbangkan beban-beban radial pada poros sehingga
beban akan saling meniadakan, dengan demikian akan mengurangi pembebanan poros.
Gambar 2.10 Impeler pompa sentrifugal jenis rumah keong.
Jenis lain yang dijumpai adalah
sentrifugal jenis diffuser. Baling-baling pengarah tetap mengelilingi runner
atau impeller pada pompa jenis ini. Laluan-laluan yang berangsur-angsur
mengembang ini akan merubah arah aliran cairan dan mengubahnya menjadi tekanan
(preasure head). Gambar 2.11 di bawah ini adalah contoh impeler jenis diffuser.
Gambar 2.11 Impeler pompa sentrifugal jenis diffuser.
Pompa jenis turbin. Dikenal juga
dengan pompa vortex (vortex) periperi (periphery), dan
regeneratif, cairan pada jenis pompa ini dipusar oleh baling-baling impeler
dengan kecepatan yang tinggi selama hampir dalam satu putaran di dalam saluran
yang berbentuk cincin (annular), tempat impeler tadi berputar. Energi
ditambahkan ke cairan dalam sejumlah impuls (Gambar 2.12). Pompa sumur jenis
difuser sering disebut pompa turbin. Akan tetapi, pompa itu tidak mirip dengan
pompa turbin regeneratif dari segi apapun dan dengan demikian anda tidak perlu
menghubungkannya.
Gambar 2.12 Pompa turbin menambahkan energi kepada cairan dalam sejumlah
impuls.
Setiap desain pompa memiliki bentuk
dan letak komponen yang spesifik. Namun secara umum, pompa sentrifugal terdiri
dari bebrapa komponen utama, yaitu: impeler, volute (rumah keong),
saluran masuk, saluran keluar, kumparan, seal, poros, bantalan dan casing.
Berikut ini adalah gambar komponen
utama pada pompa sentrifugal secara umum.
Gambar
2.13 Komponen utama pada pompa sentrifugal
Di lapangan terdapat banyak sekali
jenis desain pompa sentrifugal ini, ada yang menyatu antara impeler dengan
penggerak (motor), ada juga yang terpisah. Pompa yang terpisah dengan
penggeraknya, menggunakan kopling sebagai penghubung keduanya.
Gambar
2.14 Jenis pompa yang terpisah dengan penggeraknya.
Aliran
fluida dapat dikategorikan:
1.
Aliran laminar
Aliran dengan fluida yang bergerak dalam lapisan-lapisan, atau
lamina-lamina dengan satu lapisan meluncur secara lancar. Dalam aliran laminar
ini viskositas berfungsi untuk meredam kecendrungan terjadinya gerakan relatif
antara lapisan. Sehingga aliran laminar memenuhi hokum Viskositas Newton yaitu:
………………………………………………………….....(4)
2.
Aliran turbulen
Aliran dimana pergerakan dari partikel-partikel fluida sangat tidak
menentu karena mengalami percampuran serta putaran partikel antar lapisan, yang
mengakibatkan saling tukar momentum dari satu bagian fluida ke bagian fluida
yang lain dalam skala yang besar. Dalam keadaan aliran turbulen maka turbulensi
yang terjadi membangkitkan tegangan geser yang merata di seluruh fluida
sehingga menghasilkan kerugian-kerugian material.
3.
Aliran transisi
Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminar ke
aliran turbulen.
Pengukuran disetiap aliran fluida
ini dikhususkan menggunakan metoda differensial tekanan. Pada alira fluida itu
memang dipasang suatu penghalang dengan diameter lubang yang lebih kecil dari
diameter pipa supaya aliran fluida lebih cepat. Dengan mengukur perbedaan
tekanan antara sebelum dan sesudah penghalang dapat ditentukan besarnya aliran
fluida.
a.
Bilangan
Reynolds
Bilangan Reynolds digunakan untuk menunjukkan sifat utama aliran,
yaitu apakah aliran laminar, turbulen, atau transisi serta letaknya pada skala
yang menunjukkan pentingnya secara relatif kecenderungan turbulen berbanding
dengan laminar. Rumus untuk menentukan bilangan Reynolds:
……………………………..…………………………..(5)
= Kecepatan (rata-rata) fluida yang mengalir
(m/s)
= diameter dalam pipa (m)
= Massa jenis zat cair (kg/m³)
= Viskositas dinamik fluida (kg/m.s)
Karena
viskositas dinamik dibagi dengan massa jenis fluida merupakan viskositas
kinematic, maka bilangan Reynolds dapat juga dinyatakan :
Sehingga
b.
Hukum Bernoulli
Cara
mengukur kecepatan aliran fluida:
………………………..(4)
Dimana
: P = tekanan fluida
= massa jenis
fluida
v = kecepatan fluida
g = gravitasi bumi
h = tinggi fluida (elevasi)
Gambar 2.15 Aliran fluida
dari v1 menuju v2 akan semakin cepat alirannya
c.
Hukum
Kontiunitas
Jika
h1 dan h2 dibuat sama tingginya, maka:
atau
……….(4)
Rumus
di atas hanya berlaku untuk aliran laminar, yaitu aliran yang memenuhi prinsip
kontinuitas.
d.
Head Loss
Kerugian energi per satuan berat fluida dalam pengairan cairan
dalam sistem perpipaan disebut sebagai kerugian head (head loss).
1.
Head Loss Mayor
Head loss mayor dapat terjadi karena adanya gesekan antara lain
aliran fluida yang mengalir dengan suatu dinding pipa. Pada umumnya kerugian
ini dipengaruhi oleh panjang pipa. Untuk dapat menghitung head loss mayor,
perlu diketahui lebih awal jenis aliran fluida yang mengalir. Jenis aliran
tersebut dapat diketahui melalui reynold number. Head loss mayor dapat dihitung
dengan menggunakan salah satu dari dua persamaan berikut:
a)
Persamaan
Darcy-Weisbach yaitu:
……………………………………………..…(5)
= Head loss mayor
= Faktor gesekan (diperoleh dari diagram
moody)
= Diameter pipa (m)
= Panjang pipa (m)
= Kecepatan aliran fluida dalam pipa (m/s)
= Percepatan gravitasi (m/s²)
b)
Diagram Moody
Diagram moody telah digunakan untuk menyelesaikan permasalahan
aliran fluida di dalam pipa dengan menggunakan faktor gesekan pipa (f) dari
rumus Darcy-Weisbach. Untuk aliran laminar dimana bilangan reynold kurang dari
2300, faktor gesekan yang dihubungkan dengan bilangan reynold, menurut Streeter
(1992) dinyatakan dengan rumus:
……………………………………………………(5)
Sedangkan
untuk aliran turbulen nilai faktor gesekan diperoleh dengan menggunakan diagram
moody sebagai fungsi dari angka reynold (reynolds number) dan kekasaran
relatif (relative roughness), sebagai fungsi dari nominal diameter pipa
dan absolute roughness yang tergantung dari jenis material pipa. Nilai absolute
roughnessdapat dilihat pada tabel 2.1
…………………………………………… ……….(6)
r = relative roughness
k =absoluteroughness (m, ft)
d = diameter(m, ft)
Gambar 2.16 Diagram moody
Tabel 2.1 Nilai absolute roughnessuntuk berbagai pipa komersil.
Surface
|
Absolute
Roughness Coefficient
- k - |
|
(m)
|
(feet)
|
|
Copper, Lead, Brass, Aluminum
(new)
|
0.001
- 0.002
|
3.33
- 6.7 10-6
|
PVC and Plastic Pipes
|
0.0015
- 0.007
|
0.5
- 2.33 10-5
|
Stainless steel
|
0.015
|
5
10-5
|
Steel commercial pipe
|
0.045
- 0.09
|
1.5
- 3 10-4
|
Stretched steel
|
0.015
|
5
10-5
|
Weld steel
|
0.045
|
1.5
10-4
|
Galvanized steel
|
0.15
|
5
10-4
|
Rusted steel (corrosion)
|
0.15
- 4
|
5
- 133 10-4
|
New cast iron
|
0.25
- 0.8
|
8
- 27 10-4
|
Worn cast iron
|
0.8
- 1.5
|
2.7
- 5 10-3
|
Rusty cast iron
|
1.5
- 2.5
|
5
- 8.3 10-3
|
Sheet or asphalted cast iron
|
0.01
- 0.015
|
3.33
- 5 10-5
|
Smoothed cement
|
0.3
|
1
10-3
|
Ordinary concrete
|
0.3
- 1
|
1
- 3.33 10-3
|
Coarse concrete
|
0.3
- 5
|
1
- 16.7 10-3
|
Well planed wood
|
0.18
- 0,9
|
6
- 30 10-4
|
Ordinary wood
|
5
|
16.7
10-3
|
2.
Head Loss Minor
Head loss minor dapat terjadi karena adanya sambungan pipa (fittings) seperti katup (valve), belokan (elbow), saringan (strainer), percabangan (tee), losses pada bagian masuk, losses pada bagian keluar, pembesaran pipa (expansion), pengecilan pipa (contraction), dan sebagainya.
Head loss minor dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
……………………………………………….(5)
Keterangan:
N = Jumlah komponen minor losses
V = Kecepatan fluida (m/s)
K = Koefisien minor losses (dari lampiran
koefisien minor losses peralatan pipa)
L = Panjang pipa (m)
Tabel 2.2 Keofisien
kerugian pada komponen-komponen pipa
Komponen
|
||
elbow
|
Regular 90˚ flanged
|
0.3
|
Regular 90˚ threaded
|
1.5
|
|
Long radius 90˚ flanged
|
0.2
|
|
Long radius 90˚ threaded
|
0.7
|
|
Long radius 45˚ flanged
|
0.2
|
|
Regular 45˚ threaded
|
0.4
|
|
Return Bends
|
Flanged
|
0.2
|
Threaded
|
1.5
|
|
Tees
|
Line flow, flanged
|
0.2
|
Line flow, threaded
|
0.9
|
|
Branch flow, flanged
|
1.0
|
|
Branch flow, threaded
|
2.0
|
|
Union
|
Threaded
|
0.08
|
Valves
|
Globe, fully open
|
10
|
Angle, fully open
|
||
Gate, fully open
|
0.15
|
|
Gate, ¼ closed
|
0.26
|
|
Gate, ½ closed
|
2.1
|
|
Gate, ¾ closed
|
17
|
|
Swing check, forward flow
|
2
|
|
Swing check, backward flow
|
||
Ball valve, fully open
|
0.05
|
|
Ball valve ⅓, closed
|
3.3
|
|
Ball valve ⅔,
closed
|
210
|
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Untuk mempermudah pengujian, alat uji ini menggunakan pressure
gauge untuk mengukur tekanan air dan weirmeter untuk mengukur debit air, serta
amperemeter dan voltmeter untuk mengukur arus dan tegangan listrik.
Inverter akan dialiri arus listrik, arus listrik diukur menggunakan
voltmeter dan amperemeter, kemudian arus listrik akan menggerakkan pompa dan
air di bak penampung akan mulai naik memasuki pipa melalui saringan, tekanan
air diukur menggunakan pressure gauge 1. Setelah itu, Air akan melewati pompa,
tekanan air dihitung kembali menggunakan pressure gauge 2. Kemudian air akan
melewati pipa yang cukup panjang, tekanan air diukur kembali menggunakan
pressure gauge 3 dan debit air akan diukur menggunakan weirmeter kemudian air
kembali menuju ke bak penampungan air.
Gambar 3.1 Sistem pemipaan pompa sentrifugal
Keterangan
:
1 = Pressure Gauge 1
2 = Pressure Gauge 2
3 = Inverter
4 = Amperemeter
5 = Voltmeter
6 = Motor Pompa
7 = Pompa Sentrifugal
8 = Weirmeter
9 = Saringan
10 = Penampung Air
a.
Pipa
Merek : Wavin
Bahan : Pvc
Diameter : 1,5 inchi
(38,1 mm)
b.
Inverter
Merek : Shihlin
Seri : SS2
Input : 9,3 A 1 PH
AC 200 ~ 240 V 50/60 Hz
Output : 4,5 A MAX 3
PH AC 200 ~ 240 V 0,75 KW
c.
Voltmeter
Merek : Heles
Seri : CR-52
Class : 2.5
Reg : 271.488
d.
Amperemeter
Merek : Heles
Seri : CR-52
Class : 2.5
Reg : 271.488
e.
Pompa
Sentrifugal
Merek : Voss
Model : Aqua 175A
Max cap : 110 Ltr/m
Suct head : 9 Mtr
Disc head : 13,5 Mtr
Total head : 22,5 Mtr
Size : 1” x 1”
Output : 175 Watt
V/HZ/PH : 220/50/1
Rpm : 2850
f.
Pressure Gauge
Merek : Australia
Max pressure : 2,5 Kg/
g.
Saringan
Bahan : Stainless steel
h.
Penampung Air
Bahan : Pelat besi
Panjang : 84 cm
Lebar : 50 cm
Tinggi : 45 cm
i.
Weirmeter
Model : Bentuk V
Bahan : Pelat besi
Panjang : 37 cm
Lebar : 24 cm
Tinggi : 26 cm
1.
Debit
Dimana
:
Q = debit (m³/s)
A = luas penampang aliran (m²)
V = kecepatan rata-rata aliran fluida (m/s)
2.
Head Loss
Head loss pada pipa karena gesekan dapat dihitung dengan persamaan Darcy
Weishbach yaitu:
Dimana:
hf = kerugian head karena gesekan (m)
f = faktor gesekan
d = diameter dalam pipa (m)
L = panjang pipa (m)
v = kecepatan aliran rata-rata fluida
dalam pipa (m/s)
g = percepatan gravitasi (kg/m³)
Dimana faktor gesekan (f) dapat dicari dengan
menggunakan diagram moody.
Diagram moody memberikan faktor gesekan
pipa, faktor ini dapat ditentukan oleh bilangan Reynolds dan kekasaran
relatif dari pipa.
Bila pipa semakin kasar, maka kemungkinan
turbulen akan semakin besar. Kekasaran relatif didefinisikan sebagai:
Dimana:
k = absolute roughness
D = diameter pipa
Untuk
bilangan Reynolds didefinisikan sebagai:
3. Untuk aliran dalam pipa berdiameter
seragam dan terdapat beda ketinggian.
Dalam konsisi ini kecepatan aliran di
dalam pipa dianggap konstan (VA = VB) dan terdapat beda ketinggian ∆Z. Rumus beda tekanan dalam kasus ini adalah:
Jika dalam kasus
menghitung pressure
loss menggunakan
persamaan Bernoulli, maka untuk
menghitung laju aliran volume (debit) dengan rumus berikut ini:
Rumus di atas
menyatakan bahwa debit air yang mengalir di dalam pipa sangat bergantung pada
kecepatan (V) dan diameter dalam pipa (d).
Dari penjelasan di
atas, yang termasuk dalam rata-rata input antara lain:
a. Tekanan di sisi masuk pipa (pA), satuan kPa
(kilo pascal).
b. Kecepatan rata-rata air dalam pipa (V),
satuan m/s.
c. Diameter pipa (D), satuan cm.
d. Material pipa yang dinyatakan dengan
kekasaran permukaan (e), satuan mikron.
e. Panjang pipa (L), satuan meter.
f. Perbedaan ketinggian antara sisi masuk
dan keluar pipa (∆Z), satuan meter.
g. Massa jenis air (ρ), satuan
kg/m³.
h. Kekentalan fluida (dinamik,
), satuan sentipoise (cP).
1)
Hubungkan arus
listrik ke pompa sentrifugal melalui inverter.
2)
Atur tegangan
listrik pada inverter sesuai dengan yang dibutuhkan.
3)
Perhatikan alat
ukur pressure gauge dan catat hasil pengukuran.
4)
Perhatikan alat
ukur wiermeter dan catat hasil pengukuran.
5)
Ulangi langkah
ke-2 sampai ke-4 dengan tegangan yang berbeda.
6)
Ulangi langkah
ke-2 sampai ke-4 dengan variasi panjang pipa yang berbeda.
Posting Komentar untuk "Skripsi Teknik Mesin Analisa Sistem Pemipaan Selang Spiral Alat Uji Pompa Sentrifugal Seri Dengan Variabel Panjang Selang "