Demi Bertahan Hidup, Nenek Ini Jadi Tukang Pemipil Jagung dan Tinggal di Gubuk Kayu Sendirian

Cerita pilu muncul dari seseorang nenek renta hidup sebatang kara. Badannya begitu kurus. Akrab disapa mbah Saeni telah tidak mempunyai seseorang suami sepanjang 30 tahun serta tidak dikaruniai seseorang anak.

Lumayan miris memandang kondisinya dikala ini. Kedua kakinya lumpuh. Sehingga cuma dapat merangkak, sampai telapak tangannya juga terluka. Lalu perihal itu acap kali membuat mbah Saeni meminta buat secepatnya mati.

Mbah Saeni tinggal di gubuk kayu simpel di Dusun Gendruk, Grabagan, Tuban, Jawa Timur. Sepanjang ini dia berpangku dari belas kasih orang sebelah serta keponakannya. Tidak hanya itu, dia pula memohon pekerjaan dengan jadi jasa pemipil jagung.

Berikut cerita sepenuhnya.

Nenek Lumpuh jadi Pemipil Jagung

Wujud yang menggemaskan serta lucu, walaupun di lain sisi mbah Saeni nampak begitu memprihatinkan. Mengutip dari kanal YouTube Cak Budi Official, yang bertandang ke gubuk kayu mbah Saeni di Tuban, Jawa Timur. Budi serta segala rekannya disambut hangat oleh si nenek.

” Njih monggo, kula lumpuh niki mboten saged mlaku,” sapa mbah Saeni.
Sebab keadaan raga yang tidak membolehkan, mbah Saeni memohon pekerjaan pada keponakannya. Dia rela jadi jasa tukang pemipil jagung.” Kula niki mboten saged menopo- nopo, ngoten niki njih sampun damelan anak kula. Kula kengken mendetake,” ceritanya menampilkan jagung di sampingnya.

( aku ini tidak dapat apa- apa, ini saja aku cari kerjaan ke anak aku, aku suruh ambilkan)

Dikala ini mbah Saeni menghuni gubuk kayu dari hasil gotong royong masyarakat. Dia dibangunkan rumah simpel. Tetapi sayang saat ini kondisinya lumayan miris. Masih beralaskan tanah, mbah Saeni wajib merangkak buat berangkat ke dapur serta ke tempat tidur.

Mbah Saeni sempat ditawari buat tinggal bersama keponakannya. Tetapi dia senantiasa menolak, lantaran mau dapat mati di rumahnya sendiri.

” Sendirian, dibawa anak aku tidak ingin. Aku telah bilang hingga mati senantiasa terdapat di mari kok dek. Aku enggak memiliki anak, tetapi keponakan,” ucapnya.

” Telah nyaris satu tahun( tidak dapat jalur). Telah tidak memiliki suami telah nyaris 30 tahun tidak memiliki. Sendirian. Dahulu masih kecil banget telah dinikahkan sama bunda aku,” ucap mbah Saeni.

Beruntung, mbah Saeni mempunyai saudara serta orang sebelah yang baik. Nyaris tiap hari mereka hendak menolong memadai kebutuhan makan si nenek renta.

” Aku enggak memiliki anak. Tetapi aku di mari dirawat, apa saja diberi. Anak keponakanku gemati( baik),” syukur mbah Saeni.

Walaupun begitu, mbah Saeni acap kali mengaku mau lekas mati. Tidak mau berlama- lama hidup mengidap serta tergantung pada belas kasih orang lain.

” Tetangga- tetangga pula suka berikan. Tetapi ya aku kan lumpuh. Aku memohon wafat tetapi tidak dikasih wafat kok, daripada semacam ini. Merangkak ini hingga tanganku kapalan,” paparnya.

Banyak sarang laba- laba menghias di tiap bilik. Ditambah lagi, lubang- lubang keropos di bilik rumahnya. Pasti angin malam gampang masuk serta menusuk kulit mbah Saeni, kala dingin menyerang.

Merambah rumah langsung terdapat meja, sofa serta ranjang tidur. Ruang sebelah langsung dapur kayu yang telah kurang layak.
” Keadaan rumah yang bagi aku berhamburan, kotor banget kaya ini. Ya Allah, kasihan. Niki kula betakke oleh- oleh. Kerso roti niki mbah?( ini aku bawakan oleh- oleh. Suka roti ini),” cerah Budi mengelilingi tiap sudut ruang.” Njih, wah kesukaanku ini. Gigi satu juga telah tidak terdapat. Kok membawa macam- macam, jika ingin ketemu aku tidak harus membawa apa- apa nak,” riang mbah Saeni yang begitu renyah.

Tidak hanya badan yang lumpuh, nyatanya mbah Saeni pula telah tidak dapat memandang dengan jelas. Keadaan raga yang makin melemah, akibat termakan umur. Membuat mata mbah Saeni saat ini cuma salah satu yang berperan.

” Mata aku ini tidak dapat memandang jelas. Cuma satu yang berperan. Aku ini kurang baik kok kalian dekati?” tutur mbaha Saeni.

Mbah Saeni acap kali menerima belas kasih serta iba, dari keponakan dan para orang sebelah. Terkadang diberi duit, nanti mbah Saeni pakai buat membeli jajanan serta jamu kegemarannya.

” Duit itu pula kesukaan aku. Aku kadangkala pula diberi kanak- kanak Rp20 ribu, 10 ribu. Umumnya buat beli jajanan, cari jamu. Terima kasih, duit itu kesukaanku,” tawa mbah Saeni.

” Matur nuwun, mugi- mugi sugih rezeki, ojo kei loro, diwenehi seger waras, matur nuwun njih. Cocok ora nduwe uang blas, malah diwenehi uang teko, Alhamdulillah. Mugo- mugo podo seger waras. Sing rung nduwe bojo tidak dongakke gek ndang nduwe bojo, ojo keneng opo- opo. Bayare akeh,” pungkasnya mendoakan Budi serta sahabatnya dikala berpamitan.

( terima kasih, mudah- mudahan banyak rezeki, jangan diberi sakit, diberi kesehatan, terima kasih ya. Dikala tidak memiliki duit, dikasih duit tiba, Alhamdulillah. Mudah- mudahan seluruh sehat. Yang belum berjodoh, dapat lekas mempunyai jodoh, tidak kena halangan apa- apa. Gajinya banyak)

Posting Komentar untuk "Demi Bertahan Hidup, Nenek Ini Jadi Tukang Pemipil Jagung dan Tinggal di Gubuk Kayu Sendirian"

POPULER SEPEKAN

Linda Sahabat Vina Akhirnya Buka Suara usai Pegi Ditangkap
Merpati Kolongan Laku 1,5 Miliyar
Masukin Cowok Bangladesh Tidur Bareng Sekamar, Seorang PMI Dipolisikan Majikan
 Siswi SMP di Ajibarang Diperkosa Ayah dan Kakak sejak Usia 12 Tahun
Demi Memenuhi Kebutuhan Popok dan Susu Bayi Umur 10 Bulan Dicat Silver Untuk Mengemis
Muncul Grup Lawak Mirip Warkop DKI, Indro Warkop Marah Hingga Sebut Tak Punya Etika
Ngaku "Kyai Sakti" Bisa Obati Segala Penyakit, Warga Banyumas Ditangkap Polisi
Gadis Belia Jadi Korban Pencabulan Oleh Pegawai Salon di Cipari Cilacap
Aplikasi Penghasil Saldo Dana di Bulan September Terbukti Membayar
KARTU PRAKERJA GELOMBANG 69 BERKEMUNGKINAN AKAN DIBUKA SEBENTAR LAGI